Banyuwangi, 25 Juli 2025 - Hidup ditengah-tengah masyarakat pluralisme di Desa Purwoasri, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, menjadikan Wiranoto salah seorang tokoh masyarakat pencetus homestay Joglo Merah Putih Nuswantoro memiliki keyakinan untuk hidup menjadi manusia yang bermanfaat bagi banyak orang dan makhluk hidup lainnya. Perjalanan hidup yang dilewati Wiranoto dari anak desa lulusan SMA, merantau, kuliah, hingga menjadi Mayor Marinir Wiranoto, SH., MH., M.Si Pasi Intel Puslatpur Msr 7 Lampon, membuat ia yakin bahwa setiap hal yang dilakukan didunia perlu menyertakan Tuhan didalamnya. Mahasiswa KKN-BBK 6 Desa Purwoasri berkesempatan berkunjung dan bercengkrama langsung dengan Pak Wiranoto pada 15 Juli lalu.
"Kalau urusan dengan Tuhan itu diruncingkan menjadi satu, berbeda dengan urusan usaha. Kalau urusan usaha harus dikembangkan. Jadi nanti, urusan dengan Tuhan, urusan pribadi kepada Tuhan, mengerucut semakin atas semakin kecil", terang Wiranoto. Ia juga menjelaskan terkait bangunan masjid yang memiliki kubah dimana hal tersebut mengerucut, selain itu bangunan gereja juga memiliki arsitektur yang mengerucut, dari berbagai elemen menjadi satu yang menggambarkan urusan terkait Tuhan mengerucut seperti segitiga. Berbeda dengan usaha yang digambarkan seperti segitiga terbalik. Ketika seseorang memiliki satu ide atau gagasan hal tersebut harus terus dikembangkan dan semakin melebar agar semakin sukses.Â
Keyakinan yang dimiliki Wiranoto ini menjadikan ia membangun tempat ibadah untuk berbagai umat sebagai salah satu fasilitas yang disediakan oleh homestay Joglo Merah Putih Nuswantoro. Bagi yang beragama Islam dibangunkan mushola, bagi umat Kristiani dibangunkan gereja, kemudian ada pula candi yang dibangun untuk tempat ibadah masyarakat kejawen.Â
Setiap ide yang lahir dari pemikiran Wiranoto didasarkan pada budaya dan tetap berpegang pada keyakinannya untuk bermanfaat bagi setiap makhluk ciptaan Tuhan. Salah satu contohnya, dibangunnya homestay Joglo Merah Putih Nuswantoro ini menjadi salah satu bangunan yang memiliki rasa. "Saya ingin disini ini ada rasa, bangunan selama ini tidak ada rasa, padahal tempat daripada Tuhan yang menguat, Maha Kuasa itu ada dirasa. Maka, saya ingin mencoba membuat rasa dengan bangunan ini bisa dirasakan oleh masyarakat. Orang berkali-kali kesini, ada yang menarik dan ingin terus kembali", ujar Wiranoto.Â
Wiranoto menegaskan bahwa urusan dengan Tuhan dan urusan bisnis adalah dua hal yang berbeda. Urusan agama tidak bisa disamakan dengan urusan bisnis karena agama adalah urusan pribadi seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sedangkan, perihal bisnis harus dikembangkan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI