Mohon tunggu...
Fajar Setiadi
Fajar Setiadi Mohon Tunggu... Penulis - Sebuah frasa

Puisi adalah aku.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fragmen di Sebuah Jeda Hujan

25 September 2018   12:32 Diperbarui: 25 September 2018   12:43 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Malam ini,seperti malam yang sudah-sudah,aku mengulur waktu,mengulur umur,mengulur mimpi di jalanan.Dan seperti yang sudah-sudah,aku melihat apa yang tak terlihat oleh sorot angkuh lampu jalan..Mendengar,apa yang tak terdengar oleh deru lelah mesin-mesin..Merasa,apa yang tak terasa oleh gedung-gedung dingin yang membosan.Aku melihat masa..

Gerimis yang menolak untuk habis,seakan tak mau melepaskanku sendiri,padahal aku mulai kehabisan kata,dan sedang mencari bait penutup,agar ritme rintiknya sama seperti intro,kala ia menyentuhku tadi sore.

Aku berhenti di tepi.

Aku duduk di bawah pohon di samping tiang lampu jalan sambil mengikat tali sepatuku yang lepas dan kubiarkan jeans belelku bermesraan dengan debu basah,,aha..,pohon,tiang,sepatu,celana belel dan suasana yang "teaterable", maka naskah Beckett siap kumainkan,aku hanya butuh seorang teman untuk membicarakan sesuatu yang bukan sesuatu,membincangkan tentang hal yang bingung kenyataan atau khayal,memperdebatkan kesia-siaan yang menjauhi kesimpulan,mempertanyakan apa,yang tidak mengapa bila tidak dipertanyakan,menunggu yang ditunggu dan yang ditunggu sedang menunggu..ah' en attendant godot.

(Mungkin bersambung,mungkin tamat,atau tamat yang mungkin tersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun