Ketahuilah, bahwa aku adalah sepotong narasi yang di tulis oleh si pemahat bulan. Aku tahu, maksud kedatanganmu ke sini tidak lain dan tidak bukan adalah minatmu ke senja itu. Namun, Ketahuilah bahwa senja itu hannyalah salah satu senja terbaik yang di siapkan oleh pemahat bulan untuk anak cucunya. Maka berkenaan dengan ini, aku meminta maaf untuk kiranya tidak di ambil. Sebab jika di ambil, maka senja yang nanti diwariskan untuk anak cucu itu tidak lagi ada.
Adapun kau tanya mengenai si pemahat bulan. Di sini aku beri tahu, bahwa si pemahat bulan telah mendahuluimu mengembara ke labirin yang tak berujung juga mengarungi samudra tidak bertepi. Si pemahat telah berpulang, membawa jasadnya. Tapi tidak dengan ruh dan cita-citanya, dia tinggal bersama di kepala dan hati manusia.
Maka, aku harap kemurahan hati Anda agar tidak kecewa apalagi mara.
Tak bertanda"
Aku akhiri dengan mata sedikit berkaca. Rupanya si tukang pos benar. Dan aku tidak tahu lagi harus ke mana agar bisa aku dapati senja yang kau inginkan.
"Itu surat yang di tulis si pemahat bulan sebelum dia pergi dalam ruang yang tak berujung." Ucap tukang pos.
"Sungguh malang nasibku. Lalu ke mana lagi akan aku cari senja yang indah untuk kado ulang tahun."
"Aku harap kau jangan putus asa, sebab menyenangkan hati orang adalah baik. Maka aku harus menyurati Alina untuk memohon kesediaannya atas senja Sukab yang di berikan kepadanya."
***
Sebelumnya aku harap kau tidak berpikir lebih Azzahraku. Seperti saran si tukang pos itu, bahwa aku harus menyurati Alina. Maka, aku kemudian menyuratinya hanya untuk memohon kesediaannya memberi sepotong senja miliknya itu.
Biar kau tidak berpikir macam-macam, maka aku sertakan salinan suratku dan surat Alina berikut ini.