Mohon tunggu...
Fahrurozi Umi
Fahrurozi Umi Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir, Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir.

Penulis pernah menempuh pendidikan Sekolah Dasar di MI al-Khairiyyah, Panecekan. Dan melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama di Mts al-Khairiyyah, Panecekan. Kemudian meneruskan jenjang studi di Pondok Pesantren Modern Assa'adah, Cikeusal. Dan penulis lulus dari Universitas al-Azhar, Kairo pada tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Helaan Embun

18 November 2021   03:15 Diperbarui: 22 November 2021   03:27 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Embun, mengapa halimun sana kau papah tepat di balut pelupuk?! Apa pasal kau hela kabut yang menuntun asa tanpa menatap hati nan kalut membisu?!

Tidakkah kau sadari betapa gemercik air dapat membuat semut di taman terusik?! Bukankah kau saksikan sendiri bagaimana gemerincing daun beradu mengenyahkan burung yang tengah memadu?! 

Bingung lagi terbungkam, rangkai kata tak lagi dapat ku tutur, tiap kuterbangun dari khayalku, kening putih lilymu selalu terampu di setiap butiran pasir yang bergelombang, lalu Ia terbang bersama halimun itu, iringi embun tuk suburkan memori yang telah lama kupupuk. 

Jangan kau serasa berjasa! Karena bukan kepuasan hati yang nanti hendak kutuai, namun kepedihan, angan, dan cita yang kan menyelimuti hampa malamku ini.

Bola mata yang memikat pandang, serta gelombang pasang nan terpatri jelas di muka keningmu, selalu menghalau munajatku kepada-Nya. 

Sendu sedan tak lagi dapat kubendung, ratap kasih menyeretku ke dalam relung duka tiada bertepi. Siapa yang berkenan tuk mendampingiku memikul lara ini?! Sedang, tumpuanku kini suah lapuk dimakan anai.

Berat rasanya bibir ini berucap, "Ni, sudah kutemukan lily dan mutiara indah itu, sudikah kau menguntainya berdua bersamaku?" 

Jangan kau sangka ku seorang pengecut! Bukankah ku selalu meminum racun yang kau hantarkan untukku?! Lupakah dikau jika ku kan siaga memasang badan kala tombak menghunjam?!

Tapi begitulah perangaimu, selalu menghentikan langkah saat mengelih kucing manis di sembarang jalan, menatap rembulan dengan raut wajah nestapa, serta memuput rasa kepada setiap insan yang kau papaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun