Mohon tunggu...
Fahrijal Nurrohman
Fahrijal Nurrohman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hey there! I am using Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Rembulan di Kelopak Matamu #6

25 Agustus 2022   22:50 Diperbarui: 25 Agustus 2022   22:56 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagus. Ayo berangkat. Mumpung belum terlalu malam", Bejo memberi aba-aba.

Berangkatlah ketiga anak kecil itu ke sekolah madrasah. Bermodalkan nekat dan pikiran yang masih pendek, mereka yakin betul akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Setelah berjalan sekitar 15 menitan, akhirnya mereka tiba di gerbang sekolah madrasah. Setelah melihat situasi yang sepertinya sudah aman, mereka melompat satu persatu. Gerbang sekolah madrasah itu tidak tinggi, hanya sekitar 1 meter tingginya.

"Turunnya hati-hati hei! Jangan sampai berisik, nanti bisa ketahuan!", Udin mencoba memberi tahu

"Iya tahu. Kamu enak badannya kecil. Lah aku gimana?", sepertinya Udin membuat Bejo sedikit tersinggung. Karena memang diantara mereka bertiga, Bejolah yang memiliki badan yang lumayan besar.

"Udahlah, ayok cepetan ini. Waktu kita nggak banyak ini", Ali gemas sendiri melihat tingkah kedua temannya. Rasa-rasanya tiada hari tanpa bertengkar diantara mereka bertiga. Bahkan hanya untuk hal yang sepele. Seperti tempo hari, dimana mereka memperdebatkan duluan mana telur atau ayam. Sampai-sampai mereka hampir bertengkar karena hal itu

"Ayok jalan. Tapi kita harus sembunyi-sembunyi"


"Ya elah Din, dimana-dimana maling itu ya sembunyi-sembunyi. Mana ada maling malah nunjukin dirinya", Ali menepok jidat.

"Tau nih si Udin. Udah mana sini senternya", Bejo mengarahkan senternya ke arah pohon mangga. Mereka sudah tepat di bawah pohon yang dimaksud oleh Bejo tadi sore.

Satu, dua, tiga. Banyak sekali buah yang mereka ambil. Setelah merasa cukup, mereka menyudahi perburuan buah mangga malam itu. Untuk kemudian mencari pos ronda sebagai tempat menyantap makan malam mereka. Namun, kesenangan mereka hanya bertahan satu malam. Keesokan harinya, kyai memanggil seluruh anak-anak yang belajar di sekolah madrasah tersebut. Membariskan mereka seperti akan ada upacara bendera. Kemudian kyai mulai menyampaikan alasan mengapa seluruh anak-anak dikumpulkan.

"Ini sungguh berita yang sangat menyedihkan. Tadi malam, kyai melihat ada anak yang mengambil buah mangga di samping rumah kyai tanpa minta izin terlebih dahulu", Kyai mulai serius

"Saya minta kepada yang merasa mengambil buah mangga di samping rumah kyai tanpa izin untuk maju ke depan!", melihat kyai berkata dengan nada tinggi membuat anak-anak itu hanya menundukkan kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun