Mohon tunggu...
Fahmy Azka Adzkiya
Fahmy Azka Adzkiya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Pemikir sunyi di zaman ribut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Spiritualitas dalam Sikap Gen Z: Antara Pencarian Jati Diri dan Pengaruh Media Sosial

30 Juli 2025   11:07 Diperbarui: 30 Juli 2025   11:50 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita, Generasi Z, tumbuh dalam dunia yang serba digital. Sejak kecil, kita sudah akrab dengan media sosial, tempat semua hal bisa dibagikan, dinilai, dan dibandingkan. Jujur saja, kehidupan daring ini sering kali menampilkan standar yang tidak realistis—kita merasa harus selalu tampak bahagia, sukses, dan sempurna. Di balik layar ponsel, tak sedikit dari kita yang sebenarnya merasa lelah dan tertekan. Kita sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya karena jumlah like atau komentar. Fenomena Fear of Missing Out (FOMO)—rasa takut ketinggalan tren atau momen penting—jadi hal yang lumrah, dan ketika validasi dari luar menjadi tolok ukur harga diri, tak jarang keseimbangan batin dan kesehatan psikologis kita pun terganggu.

Di tengah tekanan ini, spiritualitas bisa menjadi kompas yang jelas bagi kita, Generasi Z. Bukan dalam arti sempit seperti ritual keagamaan semata, tetapi lebih kepada usaha untuk terhubung dengan diri sendiri dan memahami makna hidup yang lebih dalam. Dari sudut pandang psikologi, ini bisa kita lakukan dengan berbagai cara: meditasi, menyendiri sejenak, merenung, atau menjalani aktivitas yang memberi ketenangan jiwa. Praktik-praktik ini terbukti bisa nurunin tingkat stres, bikin kita lebih fokus, dan ningkatin kekuatan emosional. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mungkin mengikuti ajaran spiritual secara turun-temurun, kita sebagai Gen Z cenderung mencari sendiri jalan kita. Kita tak mau hanya percaya karena 'kata orang tua', melainkan ingin mengerti secara logis dan personal. Itulah sebabnya spiritualitas dalam arti luas—yang memberi ruang untuk eksplorasi dan pengalaman batin personal—menjadi sangat penting.

Lebih dari itu, pencarian spiritual membantu kita memahami siapa diri kita sebenarnya. Bukan versi yang kita tampilkan di media sosial, tapi jati diri yang otentik, dengan nilai-nilai yang benar-benar kita yakini dan pegang teguh sendiri. Jati diri otentik ini adalah dasar psikologis yang kuat untuk membangun kepercayaan diri yang sejati, yang tidak gampang goyah oleh validasi dari luar. Pencarian ini menjadi fondasi yang sangat penting untuk menjaga kesehatan psikologis kita, bikin ketahanan batin kita makin kuat, serta membentuk karakter yang berintegritas.

Tentu saja, proses ini tidak dapat dipaksakan. Kita sebagai individu, maupun dukungan dari orang dewasa di sekitar kita—baik sebagai orang tua, guru, atau teman diskusi—cukup menyediakan ruang yang aman dan suportif. Biarkan kita bertanya, berpikir, dan menemukan sendiri jalan spiritual kita. Di tengah ramainya dunia digital yang penuih gangguan, spiritualitas bisa menjadi pegangan kita. Ia membantu kita tetap berpijak, tidak gampang hanyut oleh opini orang lain, dan tahu arah mana yang mau kita tuju. Dan siapa tahu, lewat proses ini, kita tidak hanya menemukan ketenangan pribadi, tapi juga nilai-nilai luhur yang nanti bakal membentuk masa depan bangsa.

Fahmy Azka Adzkiya_Mahasiswa

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun