Mohon tunggu...
Fadhil BintangPrawira
Fadhil BintangPrawira Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Teknik Elektro yang memiliki hobi olahraga,saya memilii ketertarikan dalam hal budaya juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wayang: Budaya Nusantara yang Memiliki Banyak Makna Kehidupan

21 Juni 2022   14:10 Diperbarui: 21 Juni 2022   14:16 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Wayang atau biasa dikenal dikalangan masyarakat dengan sebutan Wayang Kulit merupakan salah satu budaya berasal dari Pulau Jawa.Sekarang wayang menjadi salah satu budaya nasional di Indonesia.Seni pertunjukan wayang sudah ada sejak sekitar abad ke-10 yang banyak digemari masyarakat saat itu.

Banyak versi mengenai sejarah keberadaan wayang yang tentunya memiliki cerita dan keunikan tersendiri.Wayang juga memiliki bebrapa fungsi pada zaman dahulu.

Dalam perkembangan wayang itu sendiri,fungsi wayang sebagai media untuk menghormati arwah nenek moyang.Selain itu,wayang juga dapat difungsikan sebagai media penyebaran agama baik agama hindu,buddha,maupun islam.

Pertumbuhan dan perkembangan cerita wayang dari zaman dulu sampai sekarang ini dirturunkan secara turun-temurun oleh para leluhur.Di dalam seni pertunjukan wayang,banyak cerita dan kisah kisah yang disajikan menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat pada saat itu juga.Saat periode hindu buddha di Indonesia,cerita Ramayana dan Mahabarata yang berasal dari negara India berkembang pesat dengan penambahan tokoh-tokoh dalam cerita tersebut yang beralkulturasi dengan budaya setempat.Kemudian ada cerita Panji yang berasal dari kerajaan Kadiri yang menceritakan tentang kepahlawanan dan cinta yang berpusat pada dua orang tokoh utama,yaitu Panji Asmorobangun dan Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana.Pada awal kemunculan islam di Jawa,Wayang digunakan oleh Walisongo sebagai media dakwah penyebaran agama islam.Penambahan tokoh-tokoh, pengembangan cerita,termasuk penyesuaian jalan cerita dimanifestasikan oleh para Wali selaras dengan syariah agama islam.

Pertunjukan wayang bagi masyarakat Jawa bukan hanya sebagai hiburan semata,namun juga sebagai sebagai gambaran keanekaragaman hidup manusia,tentang beratnya tanggung jawab yang terdapat dalam pengambilan keputusan,tetapi tidak memutuskan sesuatu.Cerita wayang dan karakter tokoh-tokoh pewayangan juga mencerminkan berbagai kondisi dan situasi nyata kehidupan masyarakat Jawa.

Wayang  merupakan pencerminan dari budaya masyarakat Jawa,yang dapat diartikan bahwa wayang memberikan cerminan dari kehidupan,nilai,tujuan,moral,harapan dan cita-cita kehidupan orang Jawa.Sehingga wayang bisa disebut budaya yang memberikan hiburan dan nasihat yang dikemas jadi satu.

Oleh karena itu,menyaksikan pertunjukan wayang bisa dari berbagai kalangan dan usia.Wayang mampu menampilkan jati dirinya ke dunia nyata.Pelaku dalam pewayangan merupakan contoh perilaku manusia yang ada di dalam masyarakat,dan juga wayang sebagai kesenian mampu beradaptasi dengan masyarakat pendukungnya.Sehingga wayang mampu menjadi media komunikasi pendidikan yang efektif bagi masyarakat Jawa dan Indonesia khususnya.

Alur cerita yang ditampilkan selain sebagai cerminan kehidupan masyarakat, cerita dari pewayangan yangditampilkan dalam seni pertunjukan wayang merupakan salah satu representasi strata atau derajat sosial yang berkembang dalam masyarakat.Kelas atas ditempati oleh para dewa dan dewi, kelas menengah ditempati oleh para ksatria,dan kelas bawah ditempati oleh rakyat jelata.

Disamping tiga strata tersebut.Strata sosial yang disajikan dalam dunia pewayangan ini sudah sangat membuktikan bahwa wayang merupakan cerminan hidup dari masyarakat dahulu hingga saat ini.Mungkin dalam tiap agama semua dipandang sama dihadapan tuhan,namun dalam praktiknya kehidupan penggolongan perbdaan sosial tetap diperlukan

Strata sosial tingkat atas ditempati para dewa dan dewi yang melambangkan ketidaktertarikan terhadap perkara duniawi.Mungkin fenomena ini bisa kita kaitkan dengan orang yang ahli agama.

Dalam cerita pewayangan,tokoh agama ditempati oleh brahmana,resi,atau agamawan.Terdapat penyimpangan yang dilakukan tokoh pewayangan dari kisah Mahabarata, yaitu Drona.Drona diposisikan sebagai tokoh agamawan yang sebelumnya taat menjadi antagonis yang rakus,gemar mengadu domba,dan angkuh.Hal ini bisa ditarik menjadi kritik sosial terhadap arogansi keagamaan yang sering diperlihatkan oleh kaum agamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun