Mohon tunggu...
Rininda Mahardika
Rininda Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bukanlah jalan untuk memperoleh kesenangan serta mengisi waktu luang belaka. Hobi merupakan ruang untuk menampung segala skill non akademis di setiap insan. Tidak peduli kau suka menulis ataupun menggambar. Semuanya akan menjadikan pundi-pundi uang atau bahkan media pembelajaran bagi siapa saja yang mengasahnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Hujan Berhenti

29 November 2022   08:13 Diperbarui: 29 November 2022   11:20 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerpen Sumber Gambar: Wattpad via Pinterest

Tak kupedulikan Yuki yang masih terduduk di sana. Sangat disayangkan padahal Tuhan memberikan anugerah seindah ini pada manusia tapi disia-siakan? Makhluk macam apa dia itu, tidak pandai bersyukur.

“Sekarang aku sadar bahwa Tuhan itu benar-benar ada.”

Tatkala aku melompat, tanpa sengaja gendang telingaku menangkap suara serak Yuki. “Haru! Aku tahu apa yang kau rasakan tapi bisakah kau tinggal lebih lama lagi? Aku ingin mengenalmu lebih dalam!”

Setelah dialog itu usai terucap, keindahan alam yang dipikiranku seketika lenyap. Semuanya berubah menjadi gelap gulita. Kenapa ini? Apakah Tuhan sedang mempermainkanku?

Laki-laki itu benar, aku buta.

Sepanjang malam kesedihan terus-menerus berlarut. Suara berisik kerap kali membangunkanku ketika tengah malam. Aku hanya bisa duduk di pojokan, menutup kedua telinga, memeluk lutut, sambil menangis meraung-raung.

Sekeras apapun aku menangis tidak ada yang memperhatikan. Jangankan memperhatikan peduli pun enggan. Sering aku bertanya-tanya kepada Sang Sutradara, untuk apa manusia diciptakan jika berakhir saling menyakiti? Dan apa gunanya manusia diciptakan jikalau saling menoreh luka satu sama lain?

“Aku ingin istirahat.”

***

Ilustrasi Cerpen Sumber Gambar: Pinterest
Ilustrasi Cerpen Sumber Gambar: Pinterest

Dia satu-satunya perempuan yang mampu menghadapi dunia dengan gagah berani. Pundaknya yang kecil itu bisa menopang beban lebih dari 1000 kilogram. Di tengah-tengah ketidaksempurnaan, ia tak merasa keberatan. Melihatnya tersenyum saja adalah berkah terindah di alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun