Mohon tunggu...
Rininda Mahardika
Rininda Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi bukanlah jalan untuk memperoleh kesenangan serta mengisi waktu luang belaka. Hobi merupakan ruang untuk menampung segala skill non akademis di setiap insan. Tidak peduli kau suka menulis ataupun menggambar. Semuanya akan menjadikan pundi-pundi uang atau bahkan media pembelajaran bagi siapa saja yang mengasahnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Hujan Berhenti

29 November 2022   08:13 Diperbarui: 29 November 2022   11:20 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cerpen Sumber Gambar: Wattpad via Pinterest

Senyumnya begitu menggugah jiwa, menenangkan, bahkan mampu membuat jantung berdesir. Sayangnya sedikit orang memperhatikan padahal jika mereka bisa membuka mata lebih lebar terdapat surga dunia yang tersembunyi di setiap manusia. Terutama Dia.

Kebanyakan orang memanggil gadis itu Haru yang berarti musim semi. Haru adalah gadis terkuat yang pernah ada. Dibalik kekuatan serta ketegarannya ada banyak duri yang menancap bahkan melilitnya hingga sesak napas. Kata mereka bola mata Haru seputih salju, begitu dingin dan menyeramkan sampai yang bertatapan merinding. Oleh karena itu ke mana-mana kau senantiasa mengikatnya dengan kain putih. Supaya tak ada orang yang ketakutan lagi ketika melakukan kontak mata dengamu.

“Mengapa kau tidak duduk? Pelajaran segera dimulai.” Perintah guru di depan sana.

Ketika memasuki ruang kelas, Haru mengurungkan niat untuk menempati bangku. Tangannya terasa basah saat menyentuh kursi. Ia mencium baunya yang menyengat. Sementara di sisi lain saraf otak Haru menangkap aroma serupa di loker sepatunya.

Dia menghela napas.“Maaf tapi aku tidak bisa duduk ada tumpahan lem di kursi.”

“Terserah kau saja, keluar dan besiswamu dicabut atau kelas tidak akan dimulai.”

Dia menjadi pusat perhatian. Berbagai pasang mata hanya terfokus pada Haru. Sontak ia meneguk ludah terdengar pula desas-desus teman sekelasnya dan tak jarang mereka mengeraskan sedikit volume.

Pada akhirnya ia menyerah. Sayang jikalau beasiswa yang Haru dapatkan dicabut hanya karena tempat dudukku penuh lem. Meski basah dan lengket Haru memaksa duduk senyaman mungkin sambil mendengarkan guru berceloteh mengenai sejarah Indonesia.

Tanpa sengaja telinga Haru menangkap desas-desus siswi iseng tak jauh darinya. “Gue sih mending keluar daripada duduk di sana.”

“Ew menjijikkan!”

“Beasiswa kan bisa dicari, iya enggak girls?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun