Beranilah untuk melambat. Karena kadang, satu menit hadir sepenuhnya... lebih bermakna daripada seharian sibuk tapi kosong.
Aku Belajar Hidup Kembali, Perlahan
Sekarang aku sedang belajar bukan belajar sukses, bukan belajar cepat, tapi belajar hadir.
Belajar menciptakan ruang kecil yang tak ditentukan algoritma, tempat aku bisa menjadi diriku yang tak perlu sibuk menjelaskan diri.
Aku menyeduh teh sore tanpa tergesa, membiarkan uapnya naik pelan seolah mengingatkanku bahwa tak semua hal harus buru-buru.
Aku menulis, bukan untuk dilihat, tapi karena ada perasaan yang ingin diberi tempat.
Aku mendengarkan cerita teman tanpa menyusun balasan di kepala, karena kadang, menjadi pendengar yang penuh adalah bentuk cinta yang paling sederhana.
Aku belajar memandangi matahari yang menyelinap masuk lewat celah jendela, dan untuk pertama kalinya, merasa cukup.
Bukan karena segalanya sempurna, tapi karena aku memilih berdamai dengan ketidaksempurnaan.
Aku tak lagi ingin hidup hanya di atas kalender dan daftar tugas. Tak ingin sekadar "berjalan" dalam rutinitas yang tak pernah kutanya tujuannya.
Aku ingin hadir dalam arti yang paling utuh. Aku ingin benar-benar hidup, bukan sekadar bertahan.
Karena hidup bukan hanya tentang bertahan napas. Tapi tentang merasakan napas itu, dan bersyukur bahwa kita masih di sini, masih bisa mencintai, merasakan, menjadi.