Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tantangan Administrasi dalam Pemilihan Kepala Daerah Jika Penghapusan Ambang Batas Parlemen Berlaku

2 Maret 2024   07:47 Diperbarui: 20 Maret 2024   23:16 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KPPS di TPS 06 Duku Tarusan, Pesisir Selatan melakukan penghitungan suara di Pilkada Sumbar, Rabu (9/12/2020)(KOMPAS.COM/PERDANA PUTRA)

Penghapusan ambang batas parlemen di Jerman menghasilkan dampak yang signifikan terhadap proses penghitungan suara. Dengan lebih banyaknya partai politik yang memperoleh suara tetapi tidak melebihi ambang batas, penghitungan suara menjadi lebih rumit. Petugas pemilu harus memeriksa dengan teliti setiap suara yang masuk untuk memastikan perolehan suara masing-masing partai.

Selain itu, karena terdapat lebih banyak partai yang memperoleh kursi di Bundestag setelah penghapusan ambang batas, koalisi pemerintahan menjadi lebih sulit untuk dibentuk. Proses negosiasi antara partai-partai untuk membentuk koalisi pemerintahan sering kali memakan waktu yang lebih lama dan kompleks.

Penanganan Perbedaan Kursi yang Lebih Besar

Dengan munculnya lebih banyak partai politik yang mendapatkan kursi di dewan legislatif lokal, penanganan perbedaan kursi antarpartai dan pembagian kursi menjadi lebih kompleks. Hal ini memerlukan sistem yang kuat untuk mengelola data pemilihan, termasuk perangkat lunak dan infrastruktur yang memadai untuk memproses informasi secara efisien.

Misalnya, setelah penghapusan ambang batas parlemen di Jerman, terjadi peningkatan jumlah partai politik yang memperoleh kursi di Bundestag. Hal ini menghasilkan berbagai perbedaan dalam jumlah kursi antarpartai politik yang dapat mempengaruhi pembentukan pemerintahan.

Kompleksitas ini terutama muncul dalam upaya untuk membentuk koalisi pemerintahan mayoritas. Dengan berbagai partai politik yang harus terlibat dalam negosiasi, perbedaan jumlah kursi antarpartai menjadi penting. Perhitungan yang cermat diperlukan untuk menentukan komposisi koalisi yang dapat mencapai mayoritas suara di parlemen.

Selain itu, penanganan perbedaan kursi juga mempengaruhi dinamika politik internal partai-partai politik. Partai-partai yang lebih kecil atau baru mungkin memiliki kepentingan yang berbeda dalam pembentukan koalisi, dan perbedaan jumlah kursi dapat memengaruhi kekuatan tawar mereka dalam negosiasi.

Dengan demikian, kompleksitas penanganan perbedaan kursi memerlukan pendekatan yang cermat dan strategis dalam pembentukan pemerintahan, serta membutuhkan komunikasi dan negosiasi yang intens antara partai-partai politik yang terlibat.

Negosiasi Pembentukan Pemerintahan

Setelah penghitungan suara selesai, tahap selanjutnya adalah pembentukan pemerintahan di tingkat lokal. Dengan munculnya lebih banyak partai politik yang mendapatkan kursi, proses negosiasi untuk membentuk koalisi mayoritas atau koalisi lainnya menjadi lebih rumit dan memakan waktu. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakstabilan politik jika tidak ditangani dengan baik.

Sebagai contoh konkret tentang negosiasi pembentukan pemerintahan setelah penghapusan ambang batas parlemen, kita dapat melihat pengalaman dari beberapa negara yang telah menghadapi situasi serupa. Salah satu contohnya adalah Belgia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun