Mohon tunggu...
EVRIDUS MANGUNG
EVRIDUS MANGUNG Mohon Tunggu... Lainnya - Pencari Makna

Berjalan terus karena masih diijinkan untuk hidup. Sambil mengambil makna dari setiap cerita. Bisikkan padaku bila ada kata yang salah dalam perjalanan ini. Tetapi adakah kata yang salah? Ataukah pikiran kita yang membuat kata jadi serba salah?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau dan Aku Merdeka

10 Agustus 2022   11:05 Diperbarui: 10 Agustus 2022   11:10 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.indozone.id/news/WYsqQZ

Seringkali kau ucapkan: "Merdeka!". Kataku kau belum merdeka. Lantas engkau marah padaku. Persetan kataku.

Kau memang benaran belum merdeka bahkan kau adalah penjajajah. Sebab kau bilang menjunjung tinggi toleransi tetapi tega membom saudara sebangsa dan setanah air. Sebab pikiranmu masih bercokol dengan dogma-dogma picik menyesatkan. Sebab kau tidak pernah memikirkan nasib tetanggamu yang miskin tetapi menaikkan harga demi memperkaya diri. Sebab kau memprovokasi keadaan demi tercapainya tujuan politikmu. Sebab kau menggunakan politik identitas demi mendapatkan jabatanmu. Sebab kau menahan sembako di gudangmu untuk dijual kembali dengan harga tinggi ketika barangnya langka

Maaf, aku juga belum merdeka

Bila aku hanya mengharapkan bantuan pemerintah tanpa mau meningkatkan ekonomi. Bila aku mau mendapatkan pelayanan prima tapi lupa membayar pajak. Bila aku protes terhadap kebijakan pemerintah padahal kebijakan itu menyelamatkan masyarakat umum

Kau dan aku merdeka

Jika kebhinekaan kita akui dan tetap dijaga sampai darah tidak lagi mengalir di dalam tubuhmu dan tubuhku. Jika nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam keseharian hidup. Jika membangun negeri sesuai tupoksi kita masing-masing. Garuda tetap di dadamu dan di dadaku selamanya...Sebagaimana Bung Karno pernah berkata: "Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan , bukan milik suatu agama, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun