Saat ia sudah tertidur, kuambil sepatu yang sedang diangin-anginkan anakku dengan kipas angin itu. Kumasukkan beberapa lembar koran ke dalamnya. Luarnya juga kubalut dengan berapa lapis koran sisa hari itu.
-
Esok paginya aku akhirnya memeluk perubahan itu. Seperti biasa aku sudah bersiap sejak habis subuh di kios. Menunggu para agen koran. Hanya dua agen yang datang kali ini. Tak mengapa, aku sudah siap memeluk perubahan itu, batinku
Anakku bangun dan mendapati sepatunya sudah kering, ia begitu semringah dan memelukku lalu bergegas berangkat untuk interview.
Aku mengambil karton bekas yang biasanya untuk tempat menaruh koran-koran bekas. Karton itu sudah mulai menipis isinya, kupindahkan sisa isinya ke karton lainnya.
Lalu di karton itu kutuliskan perubahan itu, kutempelkan di depan kiosku. Luar biasa, sepanjang hari itu, mondar mandir orang datang menghampiri kiosku. Untung besar hari ini.
Sorenya, anakku pulang dengan semringah, ia diterima kerja.
"Maafkan aku yang kemarin meminta ayah menjual kios koran. Padahal karena koran-koran itulah sepatuku bisa kupakai untuk interview hari ini. Dunia memang berubah Yah, tapi perubahan apapun itu, Ayah tidak perlu khawatir. Aku sudah kerja, gajiku akan cukup untuk hari-hari kita berdua." katanya meyakinkan
Aku menepuk bahunya.
"Untukmu saja, Nak. Tak usah kau khawatirkan ayahmu. Seperti katamu, Ayah sudah memeluk perubahan itu" kataku sambil menunjuk ke karton bertuliskan SEWA COLOKAN UNTUK CAS HP.
***