Mohon tunggu...
Esti Maryanti Ipaenim
Esti Maryanti Ipaenim Mohon Tunggu... Jurnalis - Broadcaster, seorang ibu bekerja yang suka baca, nulis dan ngonten

Menulis gaya hidup dan humaniora dengan topik favorit; buku, literasi, seputar neurosains dan pelatihan kognitif, serta parenting.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Dari Koran, Aku Akhirnya Memeluk Perubahan

6 Desember 2019   19:17 Diperbarui: 6 Desember 2019   21:46 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Kompas.id

-

Keesokan harinya, perubahan itu kusadari semakin Jelas. Salah satu agen koran yang biasanya datang membawakan koran pagi itu tidak kunjung muncul. Aku menelponnya,

"Seterusnya tidak akan ada koran itu lagi, sudah tidak beroperasi. Orang-orang sekarang tidak baca koran Pak, mereka baca berita onlen. Saya harus cari pekerjaan lain"

Aku melengos. Tapi masih ada agen koran lainnya yang tetap datang. Wajah mereka agak lesu, sepertinya karena berita berhenti beroperasinya salah satu koran nasional itu.

"Besok-besok akan ada lagi yang bangkrut Pak. Kita harus cari pekerjaan lain" kata satu per satu dari mereka sambil bergegas mengantar koran ke loker lainnya.

Sekitar jam 11, Mbak Asih, salah seorang yang sering membeli koran bekas untuk lepek lemari mampir ke kios. Ia rupanya baru menjemput anak majikannya pulang sekolah.


"Pak, numpang colokannya ya. Ini HP si dedek habis baterai. Nangis terus kalo gak nyala. Ntar saya dimarah ibu kalo pulang si dedek terus nangis"

Kupersilahkan Mbak Asih menggunakan colokan.

Seekor kucing buang kotoran di depan kios. Aku lalu memungut kotoran itu dengan koran bekas dan kubuang ke tong sampah toko sebelah. Lima belas menit kemudian Mbak Asih beranjak, berterima kasih lalu menyodorkan selembar sepuluh ribu rupiah. Sepanjang sisa hari itu, tidak ada satupun orang yang datang membeli koran.

Sorenya turun hujan lebat. Anakku yang pulang dari wawancara kerja itu basah kuyup. Ia mendengus kesal karena sepatu pantofel yang baru ia beli untuk wawancara kerja itu basah total.

Setelah mandi air hangat dan meminum teh jahe yang aku rebus, anakku kusuruh beristirahat. Ia masih kesal, katanya besok siang akan ada wawancara di perusahaan lainnya. Dan ia tidak bisa pergi karena kemungkinan sepatunya belum kering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun