Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Gerald Ford: Presiden Amerika Serikat yang Tidak Pernah Terpilih sebagai Presiden maupun Wakil Presiden

29 November 2021   11:37 Diperbarui: 11 April 2022   11:48 843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Amerika Serikat Gerald Ford di Ruang Oval, White House | Sumber Gambar: fordlibrarymuseum

Memasuki tahun 1973, di mana merupakan masa-masa tersulit bagi Partai Republik dan Presiden Amerika Serikat yang juga berasal dari Partai Republik, Richard Nixon. Walaupun Nixon telah memenangi Pemilihan Presiden pada tahun 1972, namun sayangnya pemerintahan Nixon digoyang oleh suatu skandal yang terkenal dengan sebutan "Watergate Scandal," di mana beberapa orang terdekat Nixon tertangkap basah pada saat akan memasang penyadap di Markas Komite Nasional Partai Demokrat yang terletak di kompleks perkantoran Watergate. Tidak hanya itu, Wakil Presiden Nixon yaitu Spiro Agnew juga terpaksa harus mengundurkan diri karena terlibat kasus penggelapan pajak dan mengakui tindakannya tersebut, sehingga menyebabkan kekosongan pada kursi Wakil Kepresidenan. Alhasil kursi Wakil Kepresidenan Nixon yang telah kosong-pun mau tidak mau harus segera diisi, apalagi mengingat jika tidak segera diisi dan kursi Kepresidenan Nixon yang terus tergoyang oleh Skandal Watergate dan pada akhirnya mengharuskan Nixon untuk mundur dari kursi Kepresidenan, jika kursi Wakil Presiden masih kosong maka secara otomatis menurut konstitusi Amerika Serikat maka yang akan naik menjadi Presiden adalah ketua Kongress Amerika Serikat atau yang biasa dikenal sebagai "Speaker of the House of Representatives." Namun jika hal itu terjadi maka yang menjadi Presiden bukan-lah orang dari partai yang sama dengan Nixon, karena ketua Kongress AS pada waktu itu Carl Albert berasal dari Partai oposisi Nixon yaitu Partai Demokrat yang mana pada waktu itu menguasai mayoritas kursi di Kongress AS.

Situasi tersebut menyebabkan Nixon beserta para kroni-kroninya dari Partai Republik pun mau tidak mau harus segera mencari kandidat untuk mengisi kekosangan kursi Wakil Presiden pasca pengunduran diri Agnew dari kursi Wapres. Apalagi desas desus pemakzulan Nixon pun juga sudah mulai terdengar baik di Kongress maupun Senate AS. Pada awalnya Nixon ingin menunjuk mantan Gubernur Texas dan Menteri Keuangan John Connally untuk mengisi kekosongan kursi Wapres, namun banyak penasehat-penasehat Nixon yang tidak setuju untuk memilih Conally dikarenakan Partai Demokrat yang melihat Conally sebagai kandidat kuat pada pemilihan Presiden yang akan datang pada tahun 1976 dan akan menemui kerumitan bagi Conally untuk mendapatkan konfirmasi sebagai Wapres baik di Kongress maupun Senate AS yang mana pada waktu itu dikuasai oleh Partai Demokrat. Atas beberapa pertimbangan dari beberapa elit Partai Republik dan juga para Penasehat Nixon, Nixon pada akhirnya setuju untuk memilih Gerald Ford yang pada waktu itu masih menjabat sebagai ketua kubu partai Republik di Kongress untuk menggantikan Agnew sebagai Wakil Presiden. Ford pun pada akhirnya setuju untuk mengisi kekosongan kursi Wakil Presiden dan menggantikan Spiro Agnew sebagai Wapres Amerika Serikat. Padahal menjadi Wakil Presiden tidak pernah terpikirkan oleh Ford apalagi menjadi Presiden, harapan Ford adalah hanya untuk menjadi Speaker of the House of Representative yang mana merupakan pangkat tertinggi di Kongress AS sebelum mengakhiri karir politiknya dan pensiun.

Gerald Ford ketika diambil sumpahnya menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat oleh Ketua Hakim Agung Warren E. Burger | Sumber Gambar: scoopnest.com
Gerald Ford ketika diambil sumpahnya menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat oleh Ketua Hakim Agung Warren E. Burger | Sumber Gambar: scoopnest.com

Pada Desember 1973, setelah 7 minggu kekosongan kursi Wakil Presiden Amerika Serikat, nominasi Ford-pun disetujui oleh Senate dan Kongress AS dan Ford pun dilantik menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat yang ke-40 pada 6 Desember 1973. Uniknya adalah Ford menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat pertama yang menduduki kursi Wakil Presiden bukan karena terpilih bersama Presiden pada ajang pemilihan Presiden dan menjadi Wakil Presiden dikarenakan adanya kekosongan pada kursi Wakil Presiden secara mendadak.

Namun malang bagi Presiden Nixon, karena pada saat kursi Wakil Kepresidenan pada akhirnya terisi, Skandal Watergate yang terus menghantui Kepresidenan Nixon mencapai puncaknya pada akhir tahun 1973 dan awal tahun 1974. Pada suatu momen tertentu, kepala-staff Kepresidenan Nixon yaitu Jenderal Alexander Haig juga memberitahu Ford yang pada waktu itu sedang bersiap-siap untuk pindah ke kediaman Wakil Presiden untuk tidak usah terlalu tergesa-gesa untuk pindah ke kediaman Wakil Presiden di Number One Observatory Circle, dikarenakan telah ditemukan bukti rekaman baru dalam kasus skandal Watergate dan hal ini akan menyebabkan kepresidenan Nixon tidak dapat lagi terselamatkan dan mengharuskan Nixon untuk mundur dan secara otomatis Ford akan segera naik menjadi Presiden.

Dugaan Jenderal Haig pun ternyata benar, karena pada 5 Agustus 1974 tepat sembilan bulan setelah Ford menjabat sebagai Wakil Presiden, bukti rekaman baru dari skandal Watergate pun ditemukan dan rekaman itu tidak salah, memperkuat dugaan keterlibatan Nixon dan orang-orang terdekatnya pada skandal Watergate. Memang sebelum ditemukannya rekaman tersebut banyak orang-orang terdekat Nixon yang sudah menyarankan agar Nixon sebaiknya mundur dari kursi kepresidenan termasuk Jenderal Alexander Haig sendiri, mengingat kursi wakil kepresidenan sudah terisi oleh Ford. Hal tersebut dikarenakan, Kongress AS sudah mulai mendiskusikan mengenai rencana untuk memulai impeachment atau pemakzulan Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat, dan dengan ditemukannya rekaman yang terkenal sebagai rekaman "23 Juni 1972" atau "Smoking Gun Tape" tidak salah lagi bahwa langkah selanjutnya yang akan diambil oleh Kongress yang dikuasi oleh Partai Demokrat adalah untuk memulai pemakzulan Richard Nixon sebagai Presiden Amerika Serikat.

Ford bersama Richard Nixon dan istri Ford, Betty, dan istri Nixon, Pat, pasca pengunduran diri Nixon sebagai Presiden | Sumber Gambar: History.com
Ford bersama Richard Nixon dan istri Ford, Betty, dan istri Nixon, Pat, pasca pengunduran diri Nixon sebagai Presiden | Sumber Gambar: History.com

Posisi Nixon sebagai Presiden-pun semakin terhempit dan berada diambang pemakzulan. Namun di sisi lain Haig selaku Kepala Staff Kepresidenan Nixon pada akhirnya menemukan solusi guna menyelamatkan Nixon dari pemakzulan, Haig menyarankan agar Nixon sebaiknya mundur dari kursi kepresidenan Amerika sebelum Kongress memulai mengajukan pemakzulan Nixon. Alhasil jika Nixon mundur, Ford selaku Wakil Presiden Nixon akan naik ke kursi kepresidenan AS dan Haig juga memberitahu Nixon bahwa ada kemungkinan kuat bahwa jika Ford menjadi Presiden setelah Nixon mundur, maka Ford akan memberi pengampunan kepada Nixon.

Nixon yang sudah tidak lagi mempunyai pilihan dan sedang berada diambang pemakzulan dari kursi kepresidenan, pada akhirnya menyetujui saran Haig untuk mundur dari kursi Kepresidenan Amerika Serikat. 

Namun dikemudian hari Haig terus membantah jika Haig berkong-kalikong dengan Ford dan Nixon untuk membuat suatu persetujuan terselubung, di mana bagian dari perjanjian tersebut adalah jika Nixon setuju untuk mengundurkan diri dari Kursi Kepresidenan AS dan Ford naik menjadi Presiden, maka bagian dari perjanjian tersebut adalah Ford akan memberi Presidential Pardon atau pengampunan kepada Nixon yang menyebabkan seluruh keterlibatan Nixon dalam skandal Watergate akan ditutup dan Nixon dibebaskan dari seluruh dakwaan yang mungkin akan menjeratnya.


Presiden Amerika Serikat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun