Saat surya baru muncul membuka hari, dan angin membawa pesan kesejukan maka semua orang bersiap menyambutnya. Termasuk bapak.
Ia sudah berada di sisi jalan setelah menyeberang beberapa langkah dari jalan utama. Tujuannya terminal bus antarkota.
Di sana ia mengawasi tiap orang yang naik dan turun ke berbagai kota di Nusantara. Seorang calo menegurnya.
 "Tiket sudah habis. kalo mau saya ada ini. Tujuan kemana,pak?"
"Tidak kemana-mana. Hanya ingin melihat keramaian penumpang."
Calo itu pergi begitu saja, dan tidak meladeni lagi. Bapak melihatnya tertawa. Tawa bapak didengar kondektur.Â
"Kenapa bapak tertawa begitu?"
"O saya terbahak karena ia tidak mendapat untung pagi ini."
Kondektur memangil-manggil calon penumpang yang masih bertebaran di halaman terminal untuk segera masuk ke dalam bus. Dan, membiarkan bapak sendirian.
Bapak kembali tertawa.Â
"Kondektur itu selalu ingin tau saja. Pantas orang-orang dipanggilnya untuk segera masuk ke dalam bus. Padahal itu bukan busnya."
Aku menjemput bapak untuk segera pulang. Bapak menolak. Tapi aku bilang padanya, "nenek meminta bapak untuk pulang. Jangan terlalu lama di sini. Bapak pulang ya?"
Bapak tertunduk dan menyesal. Ia mengatakan sesuatu yang selalu dikatakannya.
"Ibuku  entah siapa yang curi. Bapak belum temukan sampai sekarang."
"Tapi nenek sudah menunggu bapak di rumah."
"Itu nenekmu bukan ibuku. Ibuku entah di mana sekarang."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI