Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Air Mata Perpisahan

9 September 2022   20:57 Diperbarui: 9 September 2022   21:08 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ia nyata, dan ada. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan ketika itu hingga akhirnya ia bunuh diri. Taksanggup meneruskan hidup yang ketat dijaga oleh keluarganya. Kesedihan, kecewa dirinya, dan kemarahan masih ia bawa sampai sekarang."

"Siapa yang melukisnya ini?"

Perempuan yang tidak dikenal Kimy ini menunjuk pada lukisan seorang lelaki muda yang tak jauh dari keduanya berada. Kedua lukisan itu saling berdampingan dijeda oleh dua lukisan yang lain. Kimy  kemudian melangkahkan kakinya ke arah lukisan tersebut, dan perempuan itu tidak terlihat lagi sekarang.

Pikir Kimy ia mungkin sedang ada di lorong menuju kembali ke arah meja panitia yang di sana berjajar sekitar enam lukisan. Ia sendirian menatap lukisan lelaki muda ini yang terlihat hampir mirip bahan busana yang dikenakan oleh lukisan yang ada pada gadis tadi.  Dan, lukisan wajah ini datar, seperti sedang bertanya-tanya terhadap sesuatu  hal.

Kedua lukisan ini dalam tafsir seni lukis amatir Kimy seolah masih bercerita tentang kehidupan pribadi mereka di zamannya. Namun Kimy lebih tertarik pada lukisan wajah gadis itu yang dianggapnya punya nilai seni tinggi. Kimy kemudian berniat untuk membeli lukisan gadis tersebut.

***

"Aku pesan lukisan gadis di ujung lorong sana,"pinta Kimy pada perempuan panitia di mejanya.

"Menarik sekali. Terima kasih. Gadis itu konon berada dalam situasi yang ... ."

"Kecewa, sedih, dan marah,"potong Kimy meneruskan seraya mengatakan seorang wanita pengunjung lain telah menceritakan padanya tentang suasana hati perempuan di lukisan tadi.

"Seorang perempuan muda pengunjung. Barusan?"

"Ya, perempuan. Kelihatannya mungkin seorang kurator juga."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun