Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keranjang Kue Peninggalan Ibu

11 Agustus 2022   08:40 Diperbarui: 11 Agustus 2022   08:42 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan Nay ada di kamar yang sama namun cukup luas. Di kamar ada dua ranjang yang terpisah, dan dua meja belajar berdampingan. Serta satu lemari pakaian yang besar untuk kami berdua.

Kamar ini sejuk tentunya, Sebab air condition tinggal pencet saja untuk membuat nyaman suasana belajar, dan istirahat kami.

Drakor dan BTS, jangan ditanya. Kami menyukainya. Malah tante juga sering mengajak bersama untuk melihatnya di tv kabel, maupun langsung melihat konser online BTS yang berbayar tiketnya. Kami semua diam-diam sama-sama mengidolakan vokalisnya, Jungkook.

Dari itu semua, kadang aku heran dan bertanya-tanya, mengapa Nay belakangan selalu telat sampai rumah usai pulang sekolah. Aku selalu tiba jam dua siang.  Nay jam lima atau setengah enam sore tiap hari sekolah.

Kecuali untuk hari Senin, dan Kamis karena kursus bahasa inggris, aku biasa tiba di rumah jam lima sore. Sementara Nay tetap seperti itu jamnya. Tante tidak mengetahui hal ini.

Ketika aku tanyakan, Nay selalu bilang, jadwal kegiatan di sekolah padat. Itu di mulainya saat kami sudah di kelas 11.

***

Suatu hari, pada Senin jam setengah tiga, kelas kursus belum di mulai. Ini tidak biasa. Pasti miss Susan  telat datang. Aku berpikiran seperti itu.

Dan memang begitu, ketika kami ada di luar ruang kelas sembari latihan conversation bersama teman-teman, miss Susan setengah berlari menaiki tangga gedung kursus. Ia terlihat senang di wajahnya.

Ia juga membawa satu kotak kue yang ada ditangannya, dan segera diperlihatkan kepada kami. Ada sembilan kue di dalamnya, ada putu mayang, ada pastel, dan ada risol. Miss dari Australia ini mengaku pada kami, penjual itu menawarkan padanya dalam bahasa inggris ketika dirinya tiba di muka pagar gedung.

Ia bahkan berani berpromosi yang membuatnya penasaran. Sebab jika tidak enak rasanya, tidak usah bayar. Dan benar saja, cerita miss Susan, ketika dicicipi enak sekali. Tidak seperti yang pernah ia rasakan selama ini. Maka miss Susan  membelinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun