Menurut narasumber yang berpengalaman sebagai wartawan di media Kompas itu, para penulis baru tidak usah memikirkan yang berat-berat dulu untuk memulai menulis.
"Tidak usah mikirin dulu yang namanya medium dan audiens," tandasnya. "Mulai saja dengan menuliskan hal-hal yang disukai dan dikuasai."
Dengan membiasakan diri menulis, lanjut Nurulloh, kemampuan menulis bisa berkembang seiring berjalannya waktu.
Nurulloh menyadari, tidak banyak teori yang bisa disajikannya dalam kelas yang berdurasi hanya dua jam itu. Para peserta, terlebih yang masih baru dalam dunia tulis-menulis, Â perlu mengikuti sesi-sesi lain terkait kepenulisan selain terus membiasakan diri untuk menulis.
Kelas Tanpa Dinding edisi menemukan "Rumah untuk Kata" berlangsung cukup interaktif. Sesi diawali dengan membagi peserta menjadi grup-grup kecil, kemudian masing-masing kelompok diberikan dua sampel tulisan untuk dianalisis dari segi struktur tulisan, sudut pandang, gaya penulisan, dan hal-hal terkait.
Kemudian, tiap kelompok mempresentasikan hasil analisis mereka. Berdasarkan itu, narasumber memberikan ulasan terkait tema belajar hari itu. Selanjutnya, peserta mengambil satu potongan kertas kecil dari toples berisi kata-kata, lalu peserta diberikan waktu limabelas menit untuk membuat tulisan, minimal dua paragraf terkait tulisan pada kertas kecil itu.
Dua peserta dipersilakan membacakan tulisan mereka. Narasumber memberikan masukan terkait tulisan tersebut.
Pada akhir acara, semua tulisan dikumpulkan dengan mengunggahnya melalui barcode yang disediakan oleh panitia.
Mengikuti acara yang berisi ilmu dan gratis tentu saja sesuatu yang mahal dan layak dimanfaatkan. Sayang, pesertanya relatif sedikit. Informasi di media Instagram muncul dua hari sebelum hari H. Mungkin ini salah satu alasannya. ***