Menulis tidaklah sesulit yang diduga oleh banyak orang. Semua orang sebenarnya berkemampuan bernarasi dan menulis. Untuk memulainya, mungkin banyak yang ragu, sehingga kemudian merasa diri tak mampu.
"Mulai saja menulis. Jangan memikirkan yang berat-berat dulu. Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang disukai dan dikuasai," tutur Head of Impact Kompas.com Nurulloh di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Nurulloh mengungkapkan kiat itu ketika menjadi narasumber tunggal "Rumah untuk Kata", edisi terbaru dari Kelas Tanpa Dinding (KTD) - salah satu platform belajar dari Kompas Gramedia. Acara yang merupakan bagian rangkaian event "Bumi dan Perempuan" itu dipandu oleh Noya Puja Kesuma, salah satu staf Human Resource Development Kompas Gramedia.
Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, kata Nurulloh, "Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna".
Pada kelas berdurasi dua jam itu, Nurulloh memaparkan sejumlah teori mengenai menulis dan menjadi kreator pada platform yang berbeda-beda. Menulis untuk media cetak berbeda dengan menulis untuk media online.
Sebelum menulis, kata Nurulloh, pertama-tama kita harus tentukan dulu medium apa atau yang mana tempat kita akan menurunkan tulisan. Apakah media cetak seperti koran dan majalah, ataukah media online seperti blog pribadi dan blog keroyokan, serta media berbasis website seperti yang masih banyak muncul belakangan ini di luar media sosial.
Kita juga perlu mengenal audiens yang menjadi target kita. Menulis untuk kaum muda akan berbeda dengan bernarasi untuk orang yang sudah tua atau anak-anak.
Menulis untuk media cetak harus memperhatikan sejumlah kaidah yang berlaku, misalnya memenuhi keenam unsur yang disebut 5W1H (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana).Â
Elemen penting sebuah berita mesti dipertimbangkan baik-baik untuk menjadikan tulisan itu laku. Termasuk di dalamnya unsur aktualitas; magnitude, prominency, dan impact, proksimitas, human interest, dan kebaruan (novelty).