Bandung Yang Tak Pernah Selesai
Aku pernah begitu tersakiti sampai aku menyakiti
Dia yang hanya berusaha memahamiku dengan caranya sendiri
Seseorang yang berusaha menutup lukaku yang masih terlalu besar saat itu.
Aku tak peduli siapapun, bagiku semua sama saja. Sama-sama berpotensi melukaiku lagi.Â
Entah itu prasangka atau realita, tapi aku begitu terluka. Hingga kudorong dia pergi, menjauh dengan penuh tanda tanya.Â
Bandung yang tak pernah selesai dalam memori, dalam banyak kesempatan 'dia muncul di ingatan'.Â
Begitu saja, tanpa diundang. Tak mungkin kuhubungi ia kembali, karena luka yang kutorehkan pun tak sedikit dan cukup menyakiti, dia. Kubiarkan dia pergi dalam luka.
Kita sama-sama terluka, dengan jalan dan cara yang berbeda. Kalimatmu seperti kutukan, padahal itulah doa yang paling menyakitkan. "Kuiringi jalanmu dalam doa ku, dimanapun kamu berada".Â
Kupikir terluka itu begitu menyakiti, ternyata doanya seakan mengikuti, kemanapun aku pergi.