Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demi Panggilan dan Suara di Luar Tembok

28 September 2022   07:55 Diperbarui: 8 Oktober 2022   16:05 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : antaranews.com, 28/09/2014

Ingin tampil beda seperti aktivis '98? Hadirilah panggilan Presiden Jokowi! Memang, hanya sebagian kecil yang hadir. Mereka menunjukkan keterwakilan aktivis '98.Daripada zona kelinglungan, mending aktivis '98 hadiri panggilan Presiden Jokowi. Mereka adalah salah satu bintang aktivis dilahirkan di negeri ini.

Tidak seperti biasanya, aktivis '98 menghadiri pertemuan dengan Presiden Jokowi di Istana Merdeka.

Siapa yang tidak riang menerima panggilan presiden. Jadi, undangan 'istimewa' itu agak sulit ditolak.

Rupanya panggilan negeri bagi aktivis '98 seiring panggilan Presiden Jokowi beberapa hari yang lalu.

Kita mencoba menghindari anggapan miring bahkan cemoohan dari sebagian pihak jika ada seseorang atau lebih menghadiri pertemuan dengan penguasa. Kita tidak hidup lagi di era kuasa "tangan besi," kita hidup di era media sosial dan internet.

Saling mencurigai dan memusuhi justeru menurunkan penilaian dunia terhadap Indonesia, yang dikenal sebagai bangsa peramah.


Buat apa kita sudah hancur-hancuran demi keyakinan akan hari-hari yang telah dilalui bermuara pada kondisi yang kita alami.

Kita masing-masing berada dalam kondisi tertentu. Malahan kita tidak ingin ke titik nadir atau ke bayang-bayang masa yang sering diperbandingkan dengan masa kini.

Untuk itu, kita dan bersama aktivis '98 berupaya untuk mengejar masa depan.

Tetapi, semuanya itu masih potongan gambar, dimana sebuah gambar yang diimpikan belum utuh.

Ia menjadi residu dari masa lalu. Suatu gambar tidak utuh dan murni tidak menjadi permasalahan.

Diakui memang, dinamika kehidupan itu penting. Kita tinggal menjalani ingin kemana kehidupan mengalir.

Tidak jauh beda, aktivis '98, paling tidak pertemuannya dengan Presiden RI menjadi bagian dari biodata tambahan, akan menjadi jejak dan tanda baru yang akan dikenang oleh generasi berikutnya.

Dalam ruang terbuka, orang-orang menjajaki masa kini dengan wujud ideal, mekanis, dan dialektis menjadi kemungkinan pilihan dalam rentang waktu sekian dekade.

Pilihan-pilihan ternyata terkondisikan terutama dalam kemendesakan. Apalagi jika masih ada celah dari sebuah tuntutan yang belum diajukan.

Bagi aktivis '98 bisa memilih salah satunya atau bahkan tidak ada sama sekali mimpi lain kecuali untuk sekedar bertahan hidup. Pertemuan lebih dari empat mata membahas proses pengisian ruang kosong dan juga terlalu penuh.

Hal apa saja yang masih kosong? Seperti keadilan dalam konflik agraria. Mafia tanah?

Apa yang terlalu penuh? Satu diantaranya, ekonomi sembako di tengah inflasi menjulang, nyaris setiap hari dihadapi.

Disebutkan bahwa tema pembicaraan antara aktivis '98 dan Presiden Jokowi selama lebih sejam seputar kondisi terkini, seperti kondisi perekonomian dan ihwal agraria. Yang dibahas berarti nasib rakyat di ujung kuasa Jokowi, 2019-2024. (detik.com, 15/07/2022)

Atau terlalu penuh untuk ditanggapi di belakang meja atau deretan kursi pertemuan, yang seharusnya makin diisi penuh.

Orang tidak mengetahui apa ini yang masih kosong dan apa itu yang terlalu penuh.

Jika tidak dikatakan oleh aktivis '98, dalam hal apa yang belum tercapai menjelang akhir pemerintahan Presiden Jokowi. Bahwa orang-orang di luar istana perlu memetakan, memilah, menganalisis, dan membedakan apa itu kondisi terkini dan sebelumnya.

Supaya tidak kosong kembali, aktivis '98 menyelesaikan pertanyaan yang belum terjawab. Itu tergantung bagaimana mereka hari ini merumuskan secara berbeda.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atau hanya gambaran umum dari kondisi negeri ini terlalu penuh bagi ingatan kolektif. Indonesia dengan ingatan orang-orang perlu mengenal batas-batas, mana yang terlalu kosong dan mana terlalu penuh.

Tetapi, masih lebih penting dari pertemuan itu apa yang sedang terjadi dan bagaimana cara paling efektif dan berbeda untuk memecahkan permasalahan. Garis yang telah dinamai akan kita lalui, tetapi belum bergema.

Aktivis '98 yakin, waktu tidak berjalan mundur, waktu tidak melulu bergerak secara linear.

Ada garis yang terbentang setelah terbentuk garis yang melingkar. Suatu garis yang menikung-nikung dari belakang ke depan atau dari samping kiri membelok ke bawah.

Garis itu mesti ditarik ke depan. Garis itu melintang ke arah masa depan paling dekat, yaitu paling dekat dengan kemendesakan untuk merampungkan yang belum selesai.

***

Apa itu kesantunan politik? Hemat penulis, kesantunan politik adalah proses pembentukan seni politik yang disertai dengan bujukan tanpa melupakan ketelitian dan kecermatan.

Kesantunan politik tidak berarti larut dalam ketidakhadiran ujaran dan tulisan bersifat korektif atau mengabaikan suara kritis.

Berhubung dengan pertemuan antara dua belah pihak diharapkan saling memahami betapa pentingnya data perkembangan di bidang perekonomian di negeri ini.

Taruhlah misalnya, kita bisa melihat seberapa besar kaitan antara kinerja Presiden dengan faktor ekonomi. Tengoklah data hasil survei yang dirilis oleh lembaga Indopol (24 Juli-1 Juli 2022)!

Jika kita melihat data tersebut, maka publik menilai faktor ekonomi sebagai biang menurunnya kepuasan atas kinerja pemerintah, khususnya satu tahun terakhir.

Tercatat, penurunan tingkat kepuasan sebesar 6,51 persen, dari 72,93 persen di Januari ke  66,42 persen di Juni 2022.

Kenaikan harga barang pokok sebesar 48,38 persen, pengangguran akibat pandemi hingga menanjaknya harga BBM masing-masing 19,98 persen dan 11,34 persen. Kenaikan harga kebutuhan pokok alias inflasi dan pengangguran merupakan bagian dari variabel ekonomi makro.

Masih lanjut, penilaian publik atas kinerja pemerintah yang menyatakan tidak puas dan sangat tidak puas meningkat 4 persen.

Angka tidak puas dan sangat tidak puas sebesar 28,78 persen di Juni, meningkat dibandingkan Januari 2022 sebesar 24,23 persen dari total jumlah tidak puas dan sangat tidak puas. (detik.com, 15/07/2022)

Kita juga perlu memeriksa logika yang naif dan absurd masih terngiang-ngiang di telinga: "Tidak semua orang harus dipuaskan dengan kinerja pemerintahan." Apa yang ingin dikatakan oleh aktivis '98 merupakan bagian dari kesantunan politik.

Kita tidak mendengar langsung apa 'bagian dalam' pembicaraan antara aktivis '98 seperti Adian Napitupulu, Mustar Bona Ventura, Fendy Mugni, dan Musyafaur Rahman dengan Presiden Jokowi.

Tetapi, kita percaya, tidak ada rahasia antara kedua belah pihak dalam membahas kondisi perekonomian dan agraria.

Kita tidak pernah meletakkan telinga di ruang kosong saat orang-orang penting di negeri berbicara tentang aktivis '98, yang memanfaatkan kesantunan politik di tengah kondisi yang bisa4 kita saksikan sendiri.

Berkat jepretan kamera atau perbincangan melalui media sosial secara terbuka bisa kita lihat dan dengar tentang peristiwa apa yang berkembang di dunia luar. Sah adanya, ketika aktivis '98 turut mengamini sambil memberi catatan terhadap Presiden Jokowi sebagai wujud kepedulian anak bangsa.

Kata lain, aktivis '98 dengan kesantunan politik yang ada dengan cara yang berbeda tidak menutup mata dan telinga terhadap kondisi kehidupan bangsa dan negara.

***

Tahun 2019, Presiden Jokowi menyatakan siap untuk dikoreksi bilamana roda pemerintahan berjalan tidak sesuai dengan amanah rakyat.

Waktu itu, Presiden Jokowi mengajak aktivis '98 supaya lebih cermat dan analitis kritis. Mereka diharapkan mampu mengevaluasi dan mengoreksi kinerja pemerintahan agar sejalan dengan amanah reformasi. (tempo.co, 16/6/2019)

Bagaimana jika kebebasan berbicara dan kebebasan berekspresi dari masyarakat termasuk para mahasiswa dibungkam? Mereka sekurang-kurangnya tidak digubris dan seakan-akan tidak didengar apa tuntutannya.

Subversif atau tidak dijaminkah konstitusi bagi setiap warga negara jika terjadi perbedaan pandangan dan sikap, kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi? Jika dijamin, mengapa masih dianggap sebagai sesuatu yang aneh?

Bagaimana jika berbeda warna dan cara berpakaian, berbeda carad beribadah dalam agama. Atau pelukis dan penyanyi yang menyalurkan kebebasan berekspresinya tidak dianggap 'musuh' atau 'membahayakan'?

Sejauh ini, kebebasan berpendapat dan berekspresi masih dilawankan dengan rambu-rambu hukum yang berlaku.

Bisakah aktivis '98 menjelaskan ke publik tentang bagaimana koreksi atau kritik yang tepat atas kinerja pemerintahan?

Pernyataan dari berbagai pihak dimana saja bisa ditanggapi secara berimbang.

Ada data dan fakta yang memadai bisa dijadikan dasar penilaian atas kinerja pemerintahan. Secara khusus, kita juga percaya, bahwa aktivis '98 menggunakan data atau fakta tanpa igauan atau asal bunyi.

***

Tempo peristiwa paling dekat dengan pergerakan aktivis '98 melalui pertemuan di istana  presiden terjadi sebelumnya. Ada banyak aktivis '98 yang jauh dan tidak berada dalam lingkaran kuasa negara.

Tidak sedikit juga mereka berada dalam lingkaran kuasa negara. Mereka patut memilih jalan hidupnya sendiri yang berbeda lantaran hak-hak menuntut hal demikian sebagai kodrat bagi setiap individu.

Sejauh mereka tidak melakukan perampasan hak, kekerasan, dan pemaksaan kehendak, maka pertemuan yang dilakukan oleh setiap orang dengan presiden adalah hal biasa dan perlu dilindungi hak-hak asasi manusianya. Termasuk membahas perkembangan terkini yang dihadapi bangsa dan negara kita juga merupakan hal yang wajar.

Begitulah, prasangka dari sebagian pihak terhadap pertemuan dalam lingkaran kuasa negara tidak membebani warga negara untuk menyatakan pendapat yang berbeda. Kecuali prasangka dari kaum oposan politik menganggap ada 'persekongkolan politik' didalamnya adalah sangat berlebihan dan menyesatkan.

Kehadiran salah satu aktivis '98 yang berada di luar lingkaran kuasa negara terdengar kontras dalam pernyataan-pernyataan.

Tahun 2022, sebelum pertemuan dengan presiden, muncul pernyataan seorang aktivis '98: "Harapan Untuk Rezim Jokowi Tinggal 30 Persen."  "Situasi dan kondisi era Orba dan kini tidak ada perubahan, malah makin buruk dari sisi sistem politik yang makin otoriter dan ekonomi yang dikuasai oligarki yang rakus dan serakah." (rmol, 26/06/2022/)

Rangkaian pernyataan tersebut dari sosok aktivis '98 nampak berada di luar lingkaran kuasa negara yang sedang berjalan dengan suara bebas, lugas, dan vulgar. Dari suara ke ujaran, dari ujaran ke panggilan sebagai kenampakan.

Kita menaruh harapan pada aktivis '98 dengan segala riuh rendahnya. Semoga mereka mencerminkan cara berpikir inklusif, plural, dan teguh dalam pemikiran dan kehidupan bangsa dan negara.

Kaum intelektual atau aktivis '98 akan bertanya bukan siapa dalam lingkaran kuasa negara, melainkan berapa banyak yang kita perankan demi kemajuan bangsa. Bagaimana kesantunan politik bisa menghargai dan mengembangkan kemajemukan.

Berapa banyak pemikiran yang dinyatakan secara bebas, bukan berapa banyak yang kita umbar di ruang publik.

Kita sadar akan panggilan untuk menyebarkan rahmat sekalian alam. Mudah-mudahan demikian adanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun