Perbedaan tanda kegembiraan dari dalam dirinya sendiri terletak pada seseorang yang mengekspresikan tanda ke taraf permukaan, sehingga yang ada tidak lebih dari 'pemilahan esensial' dari seluruh tanda ekspresi dan tanda perubahan lain.
Seluruh tanda kegembiraan ("Hore! Tanda seru") bersama keterbalikannya muncul dibalik ide atau dari fantasi, imajinasi, hasrat, dan pikiran yang diimplikasikan melalui permukaan dalam wujud aktual.
Tanda kegembiraan mensubversi ruang kosong dalam bentuk kepura-puraan dan kesekonyong-konyongan diantara peristiwa yang tidak berpihak pada siapapun. Kompleksitas, implikasi, dan indikasi ada dan menghilang dalam peristiwa.
Hal demikian menandakan kata-kata dan benda-benda maupun pihak yang berada dibaliknya menempatkan dirinya dalam 'ketidakhadiran netralitas'. Kecuali di kalangan profesional dan aparatur negara memungkinkan terjadi kemunculan 'netralitas yang tidak netral', entah secara halus maupun terang-terangan.
Dalam kasuistik, pelipatgandaan ketidaknetralan tanda kegembiraan saat tujuannya tercapai. Tanpa berlebih-lebihan, netralitas peristiwa melingkupi dirinya dengan ujaran dan tindakan ketidaknetralan.
Penurunan mobilitas yang berimplikasi terhadap jumlah kasus itulah terlebih dahulu terpenuhi datang dari tanda ketidaknetralan.
Kita bisa membayangkan apa jadinya jika orang-orang berada dalam kenetralan dalam kondisi yang tidak normal. Bisa saja, bukan terjadi penurunan jumlah kasus malahan melonjak dari hari ke hari.
Sementara "Hore", dari penyorak sorai atau bukan, 'suara-tulisan tidak terucapkan' atau "terucapkan secara verbal' melalui basis material: di atas mimbar, di belakang meja, di depan media cetak dan elektronik, dalam ruangan rapat, dan ruangan lain, semuanya memiliki tingkat ketidaknetralan yang berbeda-beda. Ia tergantung kedalaman ucapan dan permukaan teks yang terekspresikan ke permukaan melebihi kenampakan benda-benda yang menyertainya.
Dari sini, ekspresi suka cita atau tanda kegembiraan dari sesuatu yang dikuantitaskan. Kata lain, pergerakan tanda ekspresi dan tanda implikasi ditandai dengan pendekatan kuantitatif yang dikualitatifkan.
Kabar gembira apapun bentuk ekspresinya bersifat kualitatif. Kehadiran angka-angka atau skala numerik bersifat kuantitatif yang menunjukkan tanda perubahan meningkat atau menurun dipertegas dengan grafik kemajuan peristiwa.
Mengapa tumpang tindih? Tanda ketumpang-tindihan terjadi dalam 'pilihan' antar konsep, antar kebijakan, antar episentrum penularan, 'prioritas penanganan', antara kondisi yang satu dan kondisi lain, yaitu 'krisis dalam krisis' (ada kemungkinan terjadi krisis iklim, krisis pangan atau krisis ekonomi) hingga 'ancaman dalam ancaman' atau 'gangguan dalam gangguan'.