Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bersama atau Tanpa Tingkatan Nol?

24 September 2022   07:55 Diperbarui: 17 Oktober 2022   10:30 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : myzerodegree.com

Sekitar kurang lebih dua tahun, penduduk dunia menggunakan masker di era pandemi. Mesin tersebut yang kita kenal bukanlah mesin berdasarkan materi, melainkan sesuatu yang bersifat abstrak. Suatu 'mesin atas mesin' yang tidak bisa direduksi oleh "bio-mesin" (imajinasi, fantasi, mimpi, ilusi, dan hasrat menurut pandangan oleh Gilles Deleuze dan Felix Guattari). Tatanan mesin mampu menghidupkan kekuatan penampilan tubuh dalam lingkaran dan putaran bolak-balik tanpa ujung pangkal.

Bagaimana pun, kita tetap tidak akan melupakan kekuatan dalam konsep dan obyek yang betul-betul ada ketika peristiwa sudah tidak di situ lagi. Ia melampaui Cogito Cartesian. Penyelesaian atas kompleksitas permasalahn kehidupan yang telah terpecah-pecah dipercaya menjadi sesuatu yang bisa menyelamatkan kita melalui cara penciptaan, penundaan, dan pembalikan.

Semuanya bisa keluar dari bayang-bayangnya sendiri setelah mengalami taraf metamorfosis, dari 'yang tertutup' ke 'yang terbuka', dari 'nyata' ke 'paling nyata' di dunia. Dibalik segala hal yang dibentuk oleh bayang-bayang akan dilenyapkan oleh tingkatan nol hingga ampas relasi-relasi kehidupan di sekitar kita menumpuk menjadi ancaman kepunahan tidak pernah lagi dibicarakan.

Banyak sudah berubah dan berlalu dalam hidup dan kehidupan manusia, dibandingkan tahun-tahun sebelum masa krisis berlangsung di tengah rangkaian peristiwa bersifat dinamis, kompleks, dan cair.

Tetapi, era pandemi belum berakhir setelah melewati babakan awal abad kedua puluh satu. Satu-satunya kegembiraan di abad krisis adalah bagaimana merahi kembali harapan masa depan umat manusia.

Kita tidak ingin melupakan kontrol diri terhadap keterlibatan fenomena kemunculan kembali tingkatan nol malapetaka dan krisis, kecuali kebangkitan manusia dari ancaman kepunahan di tengah kontinuitas alam.

Kekuatan manusia menyelinap dalam ruang simulasi secara teliti dan lihai tanpa ilusi dan kekosongan. Setiap teks dibangun dan dialirkan tidak pernah mengapung bebas dan dalam keplinplangan ucapan, mental, dan tubuh yang plural tidak bisa dikatakan melalui penampilan tren dan mode wujud.

Seluruh rangkaian peristiwa kritis dan suksesif, ironis dan fantastis dalam kehidupan diletakkan kekuatan rangsangannya. Peristiwa yang kita hadapi seakan-akan menyatakan hal yang sebaliknya.

Selain perbedaan dan pengulangan dalam pandangan Gilles Deleuze (2004 : 186), bahwa peristiwa permainan bukan berarti membutuhkan tingkatan nol, yang menempatkan manusia dan alam menjadi eksistensi "penanda yang mengambang." Individu membentuk sendiri masa depannya melalui relasi-relasi baru sesuai apa yang telah dilahirkan atau apa yang telah diciptakan saat ini untuk mengukuhkan keberadaannya.

Kehidupan yang tidak pernah terusik dengan segala rangsangan 'ruang gaya' dalam mekanisme disipliner yang diperhadap-hadapkan dengan mekanisme simulasi tanpa bobot yang menguatkan posisinya menjadi perangkat relasi yang melingkar dan saling-silang.

Kemunculan pandemi memainkan kelenyapan dunia kasat mata. Jika kontrol dan pengawasan diri memberi kita ruang ekspresi untuk membuka segala pengekangan, ketika orang dewasa, remaja, dan anak-anak mematuhi protokol kesehatan melalui penggunaan masker sesuai 'wujud asli' dilipatgandakan oleh mesin simulasi. Ada orang mengatakan bahwa segala hal telah dibuka seluas-luasnya tidaklah sekejap menjadi utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun