Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Bersama atau Tanpa Tingkatan Nol?

24 September 2022   07:55 Diperbarui: 17 Oktober 2022   10:30 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : myzerodegree.com

Masa krisis menciptakan pola perubahan. Dari berjalan sendiri atau berkerumun ke kerja dan belajar di rumah. Ada kondisi lain seperti 'pengurungan raksasa': isolasi, karantina, pembatasan masyarakat, dan bentuk pelarangan menjadi pendisiplinan lain.

Semua hal tersebut bisa juga dirubah melalui kerja intelektual dan sosial yang meraksasa. Kita bisa melihat peristiwa solidaritas global melalui media. Kita percaya bahwa begitulah bentuk ujian kemanusiaan.

Karena penurunan kasus sebagai tanda indikasi dan tanda implikasi dari model pembatasan mobilitas pada wilayah tertentu, bukan berarti tanpa 'titik celah' atau 'titik lengah" penerapannya. Misalnya, diturunkan yang satu, melonjak di daerah lain. Titik tolak ini menyangkut "penulisan tentang perbedaan ruang." Ia bisa teracak dalam perkembangan berikutnya.

Dalam perbedaan waktu, pada hari-hari dimana terjadi penurunan angka pasien sembuh hingga kematian dengan melihat beberapa kasus ternyata tidak menjamin semuanya bisa lolos dari 'satu pintu' penularan penyakit. Tetapi, 'pintu lain' setidak-tidaknya terlacak gejala-gejalanya. Begitu pula satu daerah dibatasi gerak-geriknya, daerah lain memiliki kecenderungan gambar terbalik.

Begitulah akan terjadi jika tanda multisimplitas-'serba disederhanakan' peristiwa pandemi karena tanda indikasi juga memengaruhi mode berpikir dan tindakan pengetahuan individu dalam relasi timbal-balik.

Tanda kegembiraan tidak berlawanan dengan kesedihan. Tanda dari tanda yang sama. Penanda sakit bukanlah menular ke yang sehat, melainkan daya imunitasnya sendiri merosot. Bukankah demikian dalam ilmu kedokteran?

Orang lain tidak akan tertular, jika daya imunitas kuat, sebaliknya juga demikian. Kita kembali, bahwa tanda kegembiraan melawan kegembiraan itu sendiri. "Hore" sebagai tanda kegembiraan mengandung 'celah'.

Dari "Hore!" menuju "Halo" yang berada di luar wilayah pembatasan kegiatan masyarakat. Re-zonasi ataukah de-zonasi merupakan pilihan untuk diterima atau ditolak terletak dari masing-masing individu.

Kita lebih penting menyerukan tanda kegembiraan, "Hore!" Daripada kita berlarut-larut dalam keperihatan, lebih penting bagaimana memastikan diri kita dalam kondisi sehat.

Terlepas dari kata-kata dan benda-benda, ekspresi "Hore"-teks-suara-pandemi" berbeda dan sudah jelas kekontrasannya dengan konteks "Hore" dalam Piala Euro 2020. Babak final, kata "Hore" lagi pasang, bertubi-tubi datang dari penonton sejagat.

Tanda kegembiraan tidak untuk mereduksi "suasana batin," karena setiap tanda ekspresi dan implikasi hanya bisa ditandai melalui permukaan tubuh, titik dimana ekspresi dan implikasi menjaminkan ruang kosong lenyap dalam bunyi ujaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun