Mohon tunggu...
Erlinawati Cahyani
Erlinawati Cahyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswi di SMA Negeri 1 Padalarang

Mark 5:36 ✨

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menyambut Kehilangan

29 September 2022   05:27 Diperbarui: 29 September 2022   05:39 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama tiga hari, bapak berjuang hidup dengan selang selang yang menempel di setiap tubuhnya. Selama tiga hari juga mama tak henti-hentinya menangis sambil berdoa untuk kesembuhan bapak terutama masalah biaya rumah sakit karena kami tidak punya kartu BPJS, sampai mama sendiri lupa menjaga kesehatannya. Selama mama menjaga bapak di rumah sakit sambil bekerja, aku lah yang mengurus keperluan mama seperti baju yang akan dipakai dan makanan yang dibutuhkan, dengan pulang pergi dari rumah dan kembali ke rumah sakit.

Di hari ketiga, di pagi hari yang mendung, Tuhan berikan ujian kembali kepada bapak. Sejak pagi denyut jantung bapak naik turun, sampai sempat hilang kesadaran tetapi kembali lagi. Aku tak mengerti apa yang terjadi, yang kudengar dari dokter dan perawat bahwa bapak sudah tidak sanggup lagi. Entah hari ini, entah beberapa jam lagi, atau mungkin detik ini, maka dokter memutuskan berbicara dengan mama mengenai kondisi bapak yang sebenarnya. Mendengar penjelasan dokter, mama menangis. Aku yang melihat hal tersebut pun ikut menangis. Pupus sudah harapan kami bersama. Saat mama masih berbicara dengan dokter, berharap masih ada jalan keluar, suara dari mesin-mesin yang menghubungkan selang selang yang menempel pada tubuh bapak berbunyi nyaring terus menerus layaknya sirine. Dokter dan perawat yang mendengar suara itu, bergegas menghampiri bapak. Aku dan adikku diminta untuk berdiri tidak terlalu dekat agar dokter dan perawat memiliki ruang untuk menangani bapak.

Kondisi krusial, dada bapak ditekan tekan berharap denyut jantungnya kembali ada. Aku yang melihat hal itu meraung-raung berharap Tuhan mendengar seruan dan teriakan doa ku. Mama menangis di sebelah bapak. Tidak ada respon dari bapak, hanya satu jalan akhir yaitu menggunakan alat kejut jantung. Satu kali, tidak ada respon. Dua kali, masih tidak ada respon. Tiga kali dan yang terakhir, tidak ada respon sama sekali. Mama mengguncang-guncang tubuh bapak, dokter dan perawat berusaha menahan mama. Mesin mesin itu mengeluarkan suara nyaring datar, tanda pasien sudah meninggal. Sebelum bapak menutup mata untuk terakhir kalinya, bapak mengangkat tangannya seperti ketika hendak menyalami. Itu adalah salam terakhir dan tanda perpisahan bapak kepada kami. Aku, mama, dan adikku menyalami tangan bapak yang sudah dingin dan akhirnya bapak menghembuskan nafas terakhirnya. Raungan dari mama terdengar sampai ke koridor ICU, tentu sakit sekali rasanya ketika kehilangan orang yang bersama kita selama bertahun-tahun. Aku terdiam membeku di sudut ruangan. Air mataku habis, aku tak menyangka akan secepat ini kehilangan bapak di umur lima belas tahun, disaat sebentar lagi aku menginjakkan kaki di sekolah SMA.

Malam itu, bapak dimandikan dan langsung dimasukkan ke peti. Senyum manis menghiasi wajah bapak untuk terakhir kalinya. Besok pagi nya, bapak dimakamkan di pemakaman umum dekat dengan rumahku.

Dokpri
Dokpri

Bapakku adalah bapak yang baik, bapak yang hebat, bapak yang selalu menyayangi keluarganya. Setelah rentetan kejadian itu, kehidupanku sudah tidak seberwarna dulu. "Seperti tulang yang patah dan tumbuh tidak sempurna" untuk tersenyum pun rasanya berat sekali. Sekarang aku hanya hidup bertiga; mama, aku, dan adikku. Kami bersama sama bergandeng tangan hidup dengan baik, berusaha ikhlas dan tabah agar bapak juga bahagia melihat kami dibawah sini dari atas sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun