Mohon tunggu...
Erlina Jusup
Erlina Jusup Mohon Tunggu... -

Tertipu aku dengan hatiku, akankah otak ku juga hendak menipu diriku???

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santi Oh Santi

14 Januari 2012   10:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:54 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Santi mematut diri di cermin. Berkali-kali ia mengagumi wajahnya sendiri. Sudah persis seperti orang gila saja tingkahnya. Bicara sendiri, senyum-senyum sendiri dan sesekali terlihat ia cemberut sendiri.

***
Namaku Santi. Aku janda yang masih seksi. Walaupun sudah pernah melahirkan, perutku masih terlihat rata. Meskipun makanku banyak tetapi tak menyisakan lemak. Aku Santi, idaman para ajudan Bupati. Semua tergila-gila padaku, hingga rela mengisi daftar antrian kencan. Aku Santi, dulunya pernah jadi santri. Tetapi aku terlanjur dendam dengan lelaki hingga aku melakukan semua ini. Aku mau membuat semua lelaki jatuh hati, hingga aku bisa memperlakukan mereka sesuka hati. Aku Santi, PNS yang selalu tampil seksi mengalahkan penyanyi dan pramugari yang selalu nongol di televisi.
***

Setan! Mengapa hanya Santi yang ada di otakku? Lama-lama aku bisa gila dibuatnya. Aku, Lukman! Ketua Tim Imtaq di kotaku. Aku yang mestinya menjadi panutan kenapa sekarang harus jatuh kepelukan pelacur PNS seperti Santi? Santi, Oh Santi! Kau begitu cantik dan seksi. Demi dirimu aku rela meninggalkan semua yang aku miliki. Anak, isteri, jabatan bahkan seluruh harta yang aku kumpulkan dari hasil korupsi. Tapi sekarang, mengapa aku kau abaikan? Aku, Lukman. Jangan kau sepelekan. Ditanganku terdapat kartu memori. Photo-photo mesummu ada disini.

***

"Aku akan sebarkan photo-photo mesum ini bila kau tak menerima tawaran kencanku kali ini, Santi!" Ucap Lukman bernada mengancam melalu handphone ditangannya.
"Silahkan saja kau sebarkan! Aku tidak takut! Sekalian kau adukan tentang diriku kepada Bupati maka akupun akan membeberkan kebejatanmu kepada seluruh masyarakat di kota ini. Pamormu sebagai kepercayaan Bupati akan hancur. Kau akan dinon jobkan hingga tak seorangpun akan menghormatimu lagi!" Santi balas mengancam.

"Santi, aku sangat mencintaimu! Kembalilah kepadaku! Aku akan berikan segalanya kepadamu! Aku siap menuruti segala keinginanmu!" Lukman benar-benar sudah kehilangan harga diri.

"Sorry, Lukman! Kau sekarang cuma seorang pecundang, aku tidak bisa memenuhi keinginanmu." Ternyata permohonan Lukman yang bagai seorang pengemis tak juga meluluhkan hati Santi.

***

Santi menyambar tas tangannya. Setengah berlari ia menuju teras rumah. Di gerbang depan sudah terparkir sebuah Camry dengan nomor plat 1. Santi tersenyum manis sekali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun