Di tengah padatnya Kota Malang, lahan kosong menjadi barang langka. Namun, warga RW 09 Kelurahan Tlogomas membuktikan bahwa keterbatasan lahan bukan penghalang untuk bertani. Melalui program urban farming yang mereka jalankan di lahan seluas sekitar 3.000 meter persegi, warga berhasil mengubah lahan terlantar menjadi kebun produktif yang menanam berbagai sayuran segar seperti tomat, bawang merah, kangkung, hingga melon. Program ini bukan hanya soal menanam tanaman, tapi juga contoh nyata penerapan prinsip ekonomi sirkular yang memberikan manfaat luas bagi ekonomi lokal, lingkungan, dan kehidupan sosial masyarakat.Â
Apa Itu Urban Farming dan Ekonomi Sirkular?Â
Urban farming adalah praktik bertani di area perkotaan, memanfaatkan lahan terbatas untuk menanam tanaman pangan. Sedangkan ekonomi sirkular adalah konsep pengelolaan sumber daya yang berfokus pada pengurangan limbah, pemanfaatan ulang, dan daur ulang agar sumber daya dapat digunakan secara berkelanjutan dan efisien. Di Tlogomas, urban farming menerapkan prinsip ini dengan memanfaatkan limbah organik menjadi pupuk kompos, menghemat air dengan teknologi irigasi hemat, dan mengoptimalkan lahan terbatas agar produktif.
Salah satu dampak paling nyata dari urban farming di Tlogomas adalah pengaruhnya terhadap ekonomi warga.
1. Penghematan Pengeluaran Rumah Tangga
Sebelum adanya kebun urban farming, warga biasa membeli sayuran segar dari pasar yang kadang harganya fluktuatif dan tidak selalu terjamin kesegarannya. Dengan kebun sendiri, keluarga bisa memanen sayur segar kapan saja, sehingga pengeluaran untuk belanja sayur bisa berkurang signifikan. Misalnya, keluarga yang biasanya menghabiskan Rp200.000 per bulan untuk sayur, kini bisa menghemat hingga 30-40%.
2. Peluang Usaha Baru
Hasil panen yang berlebih tidak hanya untuk konsumsi sendiri. Warga menjual sayur ke pasar lokal, warung, bahkan melayani pesanan dari rumah sakit dan kantor sekitar. Ini membuka peluang usaha baru tanpa harus keluar modal besar. Selain itu, ada juga warga yang mulai memproduksi bibit tanaman dan pupuk organik, serta memasarkan produk mereka melalui media sosial.
3. Pemberdayaan Komunitas
Kelompok tani Kebun Botol yang mengelola urban farming ini kini beranggotakan 37 orang. Mereka saling berbagi ilmu dan pengalaman, serta bersama-sama mengelola hasil panen dan pemasaran. Ini memperkuat ekonomi lokal secara kolektif dan mandiri.
Dampak Lingkungan: Hijaukan Kota, Kurangi Limbah, dan Hemat Air
Urban farming di Tlogomas juga membawa perubahan positif bagi lingkungan sekitar.
1. Mengubah Lahan Terlantar Menjadi Ruang Hijau
Lahan yang sebelumnya kosong dan kurang terawat kini berubah menjadi kebun hijau yang produktif. Ini membantu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan padat penduduk.