Mohon tunggu...
Erlangga Wijaya
Erlangga Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis muda yang aktif di media sosial

Muda, Karya dan Kaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mendikbud Nadiem dan Startup Pendidikan

1 November 2019   18:51 Diperbarui: 1 November 2019   19:10 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) untuk periode 2019-2024

Presiden Jokowi, di minggu yang lalu resmi menunjuk bos perusahaan startup Gojek Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) untuk periode 2019-2024.

Nadiem yang di anggap mewakili kalangan milinial akan memimpin salah satu kementerian yang paling banyak mendapat porsi APBN. Sehingga mau tidak mau, Nadiem akan sangat disorot dalam memimpin Kemendikbud.

Meski bergelar MBA dari Harvard University Nadiem tidak pernah sekalipun berkecimpung di dunia pendidikan. Terutama yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan di ranah pendidikan.

Nadiem adalah seorang pengusaha, pengusaha teknologi yang berhasil membuat ojek online mencapai level Decacorn dengan nilai valuasi Triliyunan rupiah. Itu bidangnya Nadiem, dan tentunya sangat menginspirasi banyak anak muda Indonesia. Bahkan sebelum merintis perusahaannya sendiri, Nadiem juga sudah aktif di stratup e-comerce, Zalora.

Sebagaimana pengakuan Nadiem sesaat setelah dilantik, bahwa Presiden memilihnya lantaran dianggap lebih tau akan masa depan. Masa depan yang dimaksud disini adalah masa depan perkembangan teknologi dan juga informasi.

Kecerdasan buatan dan big data dianggap sangat identik dengan sosok Nadiem yang merupakan CEO Gojek. Tidak hanya sekadar mengerti, bahkan Nadiem mampu mengubahnya menjadi bisnis yang dapat memecahkan masalah sosial (social problem) seperti pengangguran.

Namun, kita sebagi publik patut bertanya apakah Nadiem sanggup membawa ide 'gojek' itu ke dalam birokrasi seperti Kementerian Pendidikan. Karena, Kementerian Pendidikan bukan sebuah perusahaan, sementara murid ataupun guru tetntu harus dipandang sebagai sebagai sdm-sdm bangsa yang potensial.

Startup Pendidikan
Barangkali banyak orang yang bertanya kenapa seorang Nadiem Makarim justru ditempatkan sebagai Mendikbud dan bukannya sebagai Menteri Perhubungan. Bukankah selama ini, bisnis yang digeluti Nadiem itu beririsan dengan dunia transportasi? Tentu yang bisa menjawab ini hanyalah Presiden Joko Widodo sebagai pemegang hak prerogatif pemilihan Menteri di kabinetnya.

Namun, ada beberapa point yang menurut saya harus menjadi perhatian serius seorang Nadiem jika ingin menjadi Menteri Pendidikan yang sukses. Pertama, Guru dan Murid dalam cara pandang Kementerian Pendidikan sudah seharusnya ditempatkan sebagai pelaku pendidikan.

Kemendikbud punya tanggung jawab terhadap guru dan murid yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sumber Daya Manusia ini harus mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak dan juga merata. Mereka memiliki hak untuk terdidik, tumbuh dan berkembang pada setiap jenjangnya. Ini harus dilihat secara serius oleh Nadiem. Berbeda dengan driver Gojek yang tidak memiliki jenjang karir dalam pekerjaannya.

Kedua, yang harus menjadi perhatian Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan bahkan semua pihak eksekutif kedepan, adalah masalah SDM-SDM yang tidak mampu diberdayakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun