Mohon tunggu...
Erka Ray
Erka Ray Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Mempunyai nama pena Erka Ray, kelahiran Januari 2003, di Kabupaten Sumenep Madura Jatim. Mempunyai cita-cita sebagai penulis semenjak kelas 4 SD. Mulai nekad mempublikasikan karyanya sejak 2019 lalu. Orangnya sering gabut. Kalau udah gabut, nulis. Kalau lagi sok sibuk, lupa nulis. Hasil gabutnya sudah ada 4 buku solo dan 7 buku antologi puisi yang gak pernah dia beli. Dan rencana gabutnya masih banyak lagi. Makanya beli bukunya Erka biar tau. 🥱😴

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Kali

28 Juli 2022   10:29 Diperbarui: 28 Juli 2022   13:05 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kempes lagi, Nak," ucap bapak itu saat motorku masuk ke halaman tambal bannya keesokan harinya.

"Nggak, Pak. Lagi mau mampir saja. Saya baru pulang kerja juga." Kulihat bapak itu masih fokus membersihkan sisa-sisa peralatan, tampaknya ada yang tambal ban ke sini. 

"Saya bawain bapak Nasi, kebetulan saya baru gajian, Pak." 

"Mari Pak makan." 

Hari yang melelahkan. Bapak itu menerima nasi dengan lauk ayam panggang yang kubawa. Kami memang cukup akrab sekarang, karena aku sudah tiga kali menambal ban di sini, gara-gara paku sialan itu.

Ayam panggang ini benar-benar pas di lidah. Benar memang, kadang makanan apapun bisa jadi lezat jika kita mensyukuri setiap suapannya dan sebaliknya. Ya … meskipun nasi dengan lauk ayam ini emang enak aslinya. 

"Waktu saya pulang malam-malam dari kantor, saya lihat bapak lagi nyapu jalanan itu, jalanan yang sering bikin ban motor saya kempes." Satu suapan lagi masuk ke mulutku. Untuk memecahkan keheningan aku iseng saja sembarangan mencomot topik pembahasan. 

"Banyak orang yang mengeluh soal jalan itu, Nak. Akhir-akhir ini banyak yang tambal ban, karena bannya bocor di sana. Saya kasihan liat orang-orang yang lagi terburu, punya urusan penting malah harus tertunda karena nambal ban," tuturnya. 

"Tapi kan, Pak. Bukannya kalau banyak yang nambal ban di sini malah bikin penghasil bapak meningkat," aku masih berusaha menyanggah, sebenarnya ini hanya pancingan saja. 

"Tidak, Nak. Jangan pernah sekali-kali kita mengambil keuntungan di tengah musibah yang dihadapi orang lain. Justru sebisa mungkin kita harus bisa membantunya. Saya tidak peduli jika tambal ban saya sepi lagi. Yang penting pengguna jalan kembali nyaman. Urusan rezeki sudah ada yang ngatur. Selagi kita masih bernapas, kita masih punya rezeki nak. Bernapas kan juga rezeki dari Tuhan."

Lihatlah masih banyak sisi orang yang peduli di dunia ini. Masih ada orang yang justru meskipun hidupnya tidak memadai, serba kekurangan, dia justru menolak untuk mengambil kesempatan di atas musibah yang sedang dihadapi orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun