Mohon tunggu...
Erika Gita Safitri
Erika Gita Safitri Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Ilmu Komunikasi '19 FISIP Untirta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rekayasa Politik, Demokratisasi, serta Nasib RUU KUHP

15 April 2021   14:05 Diperbarui: 15 April 2021   14:09 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yasonna juga mengatakan, sebenarnya pembahasan RUU ini sudah melalui pembahasan yang cukup matang dengan melibatkan berbagai pakar hukum. RUU KUHP sudah dirancang sejak 50 tahun silam oleh para pakar hukum, bahkan ketika zaman Presiden Soeharto. Menurutnya, pemerintah dan DPR dalam membahas dan mengambil keputusan terkait RUU ini tidak mungkin meminta persetujuan seluruh rakyat Indonesia yang jumlahnya lebih dari 260 juta.(nasional.sindonews.com)

Kejam! masyarakat bahkan tidak diperkenankan untuk menyuarakan aspirasi mereka. Mereka yang mati-matian meneriakkan kepentingan rakyat banyak malah dianggap sebagai warga negara yang radikal dan tidak patuh terhadap pemerintah.

Dan hingga detik ini pun belum ada kejelasan terkait bagaimana kelanjutan RUU tersebut, karena pada saat itu pengesahan RUU hanya ditunda bukan dihapus.

Begitukah demokrasi? Demokrasi akan terbilang gagal apabila keadaan yang mengarah ke otoriter itu semakin dibudidayakan oleh para penguasa di Indonesia. Kemudian setelah rakyat yang dikuasai, Tuhan dijadikan senjata paling ampuh oleh orang-orang tak bertanggung jawab demi eksistensi mereka dalam politik.
Dari beberapa kasus yang marak di Indonesia, terlihat bahwa banyak sekali oknum yang berlindung dari kelicikannya dibalik kesucian nama Tuhan.

Demi simpati dan empati masyarakat, para pejabat negara sudah tidak takut membawa nama Tuhan dibalik kesalahan yang sejatinya bukan hanya akan membohongi publik saja, akan tetapi otomatis Tuhan pun sudah ia dustai.

Lantas, akan dikemanakan negara ini? sistem pemerintahannya, tatanan geopolitiknya, dan terlebih moral masyarakatnya sebagai warga dari negara dengan umat beragama yang besar? Tidak jelas kemana arah dan tujuannya, saat ini politik malah terlihat semakin diwarnai oleh orang-orang individualis yang saling berlomba mencari keuntungan masing-masing.


Ditambah konflik politik antar kelompok yang semakin merajalela di negeri ini yang dilatar belakangi oleh berbagai macam perbedaan, hingga berujung pada perseteruan dan pemberontakan. Problema seperti itu sudah menjadi hal yang substansial didalam persaingan politik. Mereka saling melayangkan sumpah serapah, saling menghujat, saling menggugat, saling meruntuhkan dan mematikan.

Sikap seperti ini harusnya diamputasi agar tidak menjalar ke setiap penjuru dan semakin akan menghancurkan sistem pemerintahan dan perpolitikan negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun