Mohon tunggu...
Eric Bangun
Eric Bangun Mohon Tunggu... Lainnya - Amateur Film Advisor

Most of these articles are opinions, reviews, and lists from the box office or underrated movies.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Fahrenheit 451: Bibliophobia dalam Fasisme

30 Agustus 2021   07:00 Diperbarui: 9 September 2021   16:07 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: IMDb Fahrenheit 451 (1966) dan Fahrenheit 451 (2018)

Lalu pada film Fahrenheit 451 (2018) sang sutradara menampilkan kecanggihan internet, dimulai dari media sosial bernama 9 (nine) platform seperti 'Twitter' yang memungkinkan penayangan live aksi firemen membakar buku dan menangkap eel (pegiat buku), drone pelacak yang difungsikan sebagai pencarian para eel, dan adanya Yuxie;

Artificial Intelligence (AI) sejenis 'Siri' yang membantu penggunanya menerima informasi sekaligus menjadi mata pemerintah mengawasi masyarakat. Hampir kelupaan, kedua film ini menampilkan obat yang dapat memanipulasi kenangan, obat itu disebut Oculus. Tentunya semua teknologi canggih itu dikendalikan oleh pemerintah.

Baca juga:  Trailer "Spider-Man: No Way Home" Hadapi Musuh dari Multiverse Lain?

Alasan Pemerintah Menjadi Biblliophobia

Alasannya sederhana, karena buku membuat masyarakat tidak bahagia. Umumnya buku-buku yang dilarang pemerintah berupa novel fiksi, otobiografi, biografi, filosofi dan kritikan-kritikan dari para ahli. 

Jika dilihat dari perspektif pemerintah, mereka ingin membuat masyarakat merasa aman dan bahagia tanpa perlu khawatir keberadaan buku-buku yang merupakan sebuah gangguan.

seperti dalam dialog Kapten Beatty "Do you want to know what's inside all these books? Insanity. The Eels want to measure their place in the universe, so they turn to these novels about non-existent people. Or worse, philosophers".

Atas alasan itu terbentuklah kebencian pemerintah terhadap buku, sebab buku merupakan suatu bentuk ekspresi penulis yang membuat banyak intepretasi dalam pemaknaannya. 


Para penulis bisa menulis satu kalimat secara ambigu dan membuat masyarakat kebingungan mengetahui kebenaran yang sejati. Dan lagi saat membaca buku sering kali emosi yang dikeluarkan mengarah pada kesedihan, kegilaan dan perilaku anti sosial.

Dengan alasan dan kebencian itu, kita bisa menganggap pemerintah negara fiktif itu sebagai bibliophobia. untuk diketahui bibliophobia adalah kondisi seseorang yang merasa ketakutan atau membenci sebuah buku ataupun aktivitas membaca buku. 

Masyarakat Seragam Tercengkeram Fasisme

Setelah mengetahui kondisi pemerintah yang bibliophobia, kamu akan mengetahui hal lainnya dari kedua film ini yakni fasisme, percayalah itu ideologi yang mereka terapkan. Dikutip dari KBBI fasisme adalah prinsip atau paham nasionalis ekstrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter.

Kapten Beatty dan atasannya adalah golongan pemimpin otoriter itu. Mereka membentuk dan menggunakan firemen (petugas yang menyulut api) salah satunya prajurit Montag sebagai kaki tangan mereka untuk menghaguskan semua buku, baik buku secara fisik dan elektronik. 

Untuk membuat kepatuhan yang terkonstruksi dengan sempurna seluruh prajurit firemen telah ditanamkan ideologi kalau buku adalah gangguan dan perusak moral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun