Mohon tunggu...
Ericha Deyna Arifin
Ericha Deyna Arifin Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Depresi Remaja Masa Kini Dipengaruhi Kesehatan Mental Bukan Kurang Ibadah

25 Desember 2020   13:25 Diperbarui: 26 Desember 2020   05:54 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Depresi pada remaja, seringkali dianggap sepele oleh beberapa orang tua di Indonesia. Depresi yang disebabkan oleh penurunan kesehatan mental anak ini, menurut survei, tidak dipahami oleh lebih dari 50% orang tua pada umumnya. Perlu disoroti bahwa keadaan remaja saat ini, berbeda dengan masa remaja orang tua terdahulu. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perkembangan zaman, kemajuan teknologi, serta pergaulan yang didapat oleh remaja masa kini. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi pembentukan karakter serta kesehatan mental pada remaja Gen Z yang tentu tidak sama dengan generasi orang tua pada masa remajanya dahulu. Permasalahan mengenai kesehatan mental remaja sering terjadi pada rentang usia 16-20 tahun dimana pada usia tersebut seseorang sedang berproses untuk mencari jati diri mereka. Namun, tidak sedikit dijumpai di luar sana orang tua yang masih kurang memahami mengenai persoalan kesehatan mental.

            Kurangnya pemahaman orang tua mengenai kesehatan mental remaja, berdampak pada kondisi yang semakin memburuk. Kesehatan mental dan permasalahannya sering diartikan orang tua sebagai bentuk kurangnya kegiatan spiritual pada diri remaja. Tidak sedikit orang tua yang tidak memahami makna depresi serta gangguan mental dan mengartikannya sebagai masalah jiwa anak yang kurang dekat dengan tuhan. Hal tersebut terjadi karena orang tua tidak memahami secara rinci penyebab depresi pada anak mereka, anggapan menyepelekan permasalahan juga menjadi salah satu faktornya. Permasalahan mengenai depresi dan kesehatan mental tidak memiliki wujud akibat secara nyata karena mempengaruhi jiwa atau mental dalam diri anak, bukan fisik mereka. Pemikiran orang tua seperti demikianlah yang mengakibatkan keadaan anak yang semakin tertekan. Kurangnya komunikasi antar keduanya juga mendukung kesalahpahaman persepsi orang tua mengenai depresi pada anak. Dalam hal ini, perhatian orang tua pada anak mereka dan terbukanya anak akan masalah yang dialami sangat penting dilakukan untuk menghindari pemahaman orang tua mengenai depresi dan kesehatan mental yang kurang tepat.

            Dilansir dari klikdokter.com, depresi merupakan bentuk perasaan kehilangan minat disertai dengan kesedihan secara terus menerus pada suasana hati pengidap depresi. Depresi muncul disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya karena keturunan, terdapat ketidakseimbangan senyawa kimia dalam otak, pengalaman kehilangan seseorang yang dicintai, hubungan yang bermasalah, atau situasi yang dapat membuat stres, sehingga menimbulkan gejala seperti :

  • Perasaan murung dan tertekan sepanjang hari
  • Gangguan konsentrasi
  • Merasa tidak berguna untuk hidup
  • Rasa gelisah dan bertindak secara lamban
  • Malas melakukan aktivitas karena minat berkurang
  • Susah tidur
  • Pikiran untuk mengakhiri hidup yang sering muncul
  • Rasa lelah setiap waktu

Gejala di atas bila dilihat sering terjadi pada remaja di Indonesia. Namun, solusi yang ditawarkan oleh hampir lebih dari 50% orang tua menyarankan anak mereka untuk melakukan ibadah, memperkuat doa, mendekatkan diri dengan tuhan, dan meningkatkan kegiatan spriritual pada diri mereka. Permasalahan seperti demikian, yang membuat anak enggan untuk bercerita dan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Pemikiran orang tua yang kurang tepat mengenai depresi, dapat memperburuk keadaan anak karena depresi yang mereka alami tidak segera diatasi. Depresi yang dibiarkan, dapat menyebabkan berbagai akibat yang membahayakan, seperti masalah emosional dan perilaku, hingga masalah kesehatan yang akan berpengaruh pada setiap aspek kehidupan pengidap. Depresi yang terus menerus dan disepelekan, akan menimbulkan komplikasi yang berbahaya, seperti gangguan kecemasan, gangguan panik, bahkan fobia sosial, yang kemungkinan terburuknya dapat membuat pengidap merasa tidak berguna dan mendukung untuk melakukan bunuh diri.

            Terlebih pada saat ini, perkembangan zaman disertai dengan globalisasi pada bidang teknologi semakin canggih, hingga pengaruh depresipun dapat disebabkan oleh cyber bullying walaupun tidak secara langsung. Namun, dampak yang ditimbulkan sama dengan perundungan secara langsung bahkan dapat berdampak lebih parah hingga pada level tertinggi, yakni bunuh diri. Pada era saat ini, segala sesuatu dapat dengan mudah diakses melalui media sosial. Didukung dengan adanya aplikasi media sosial yang semakin canggih menghubungkan remaja dengan dunia maya. Media sosial semakin kesini semakin memberi dampak yang sewaktu-waktu dapat mempengaruhi suasana hati remaja. Pengaruh media sosial cukup besar, hanya dengan melihat postingan foto seseorang yang diunggah dapat menarik simpati dan empati hingga bahkan menimbulkan partisipasi dari orang yang melihat postingan tersebut. Hal seperti demikian, turut menjadi sorotan salah satu penyebab remaja depresi. Kemajuan teknologi saat ini, membawa kemudahan dalam mengakses segala hal. Terlebih saat ini, remaja dapat bergaul dan berinteraksi dengan siapa saja dari berbagai kalangan dan tempat yang jauh sekalipun hingga memungkinkan berinteraksi dengan seseorang yang bahkan tidak mereka kenali. Media sosial memberi kesempatan pada siapapun untuk melakukan hal apapun secara bebas sesuka mereka. Hal tersebut seringkali menimbulkan kebebasan yang berlebihan dan memungkinkan terjadinya cyber bullying, hingga dapat memberikan dampak buruk bagi mental seseorang.

            Orang tua berperan penting dalam penanganan kasus depresi pada remaja karena merupakan orang terdekat dan satu-satunya yang dapat memahami kondisi anak. Tidak ada yang lebih dapat dipercaya selain keluarga sendiri. Tidak ada yang lebih memahami anak seperti yang dilakukan orang tua mereka. Oleh karena itu, diperlukan rasa saling terbuka antar keduanya. Orang tua baiknya mau mendengarkan keluh kesah anak dan memahami lebih dalam mengenai depresi pada anak mereka, bukan langsung menghakimi seluruhnya adalah kesalahan anak yang tidak dekat dengan tuhan, kurang ibadah, dan hal-hal lain yang tidak memiliki hubungan dengan permasalahan depresi yang dialami. Peran anak adalah menyampaikan dengan jujur dan terbuka, agar ditemukan solusi yang terbaik. Depresi dapat dicegah dengan meningkatkan upaya dalam diri, dengan melakukan pengendalian stres, meningkatkan kepercayaan diri, mendekatkan diri dengan keluarga dan terbuka, apabila terdapat tanda-tanda gejala depresi dalam diri, maka baiknya segera menuju dokter untuk pencegahan dan penanganan lebih lanjut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun