Puisi : Edy Priyatna
Pengendara angkung bersila
di belakang ekor penumpang
perintis nan maha berkembang
merupakan perhati bukan dilayani
dia perawakan nan terbaik
hamba meruahkan bercak
andong tak berjaran
benduan abdi masyarakat
kerap senantiasa di kangenkan
sekala selamanya di dambakan
Langca seumpama dukung kami
pesuruh bayu orang biasa
berkenaan mau di bantu
tentu buat di turuti
kawula bertempat diam mandiri
serentak mendukung tungkai
kesenangan abdi masyarakat
acap kali di layani
sedia kala di perhatikan
sebentuk selamanya keenakan
Menatap dengan tekun
kedaksina lalu kekidal
sentosa bukan berarti tidak mewujudkan
enggak bermakna tidak menguji
betapa bermaksud tidak berbahaya
tetapi tidak pula beleter tanpa pikiran
tengok angkung ku seberang
penaka tak kan mengerem
perintis nan maha sukses
orang biasa berjuang demi negeri
Bintik jalan teliti waspada
kesulitan negeri akan terus ada
saksama adalah kemestian
tiang penghidupan dengan optimis
kerap pasti ada kesimpulan
(Pondok Petir, 18 September 2018)