Mohon tunggu...
Gugun 7
Gugun 7 Mohon Tunggu... lainnya -

Capturing the stories of your life. kadang di dapur, kadang di gunung.\r\n\r\nMenyukai Gatotkaca apapun bentuk dan perbuatannya, meski kadang harus menyukai Superman, Batman dan Spiderman. \r\n\r\n#HopeHappiness

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Lebih Dekat dengan Soe Hok Gie

13 Juni 2010   13:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:34 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_165975" align="alignleft" width="288" caption="Patung cupid nisan Soe Hok Gie"][/caption]

Tidak pernah sebelumnya membayangkan bisa berada ditempat ini, melihat tempat yang pernah menjadi persinggahan jasadmu. Diiringi sepasang kupu-kupu putih aku melihat prasasti itu, berharap ada ketenangan yang engkau rasakan disana. Soe Hok Gie, aku telah datang. Namun, belum semua janji ini terpenuhi hingga pada saat hari nanti aku bisa menemukan dirimu yang lain di lembah kasih Mandalawangi.

Minggu pagi saya telah bersiap untuk bisa mengunjungi salah satu tempat yang harus dikunjungi selama di jakarta ini. Tempat pertama kali seseorang yang selama ini memberikan jawaban yang selama ini masih saya cari di semayamkan sebelum akhirnya dibongkar kembali karena penggusuran. Apakah harus setragis itu dia merasakan kegelisahan hingga tempat jasadnya pun harus berpindah. Namun karena penggusuran pada tahun 1971, menjadikan salah satu keinginan Soe Hok Gie terwujud, menyatu dengan bukit Mandalawangi.

Mandalawangi merupakan salah satu lembah yang berada di gunung pangrango, Pangrango menjadi salah satu gunung favoritnya untuk melepas kepenatan yang ada di jakarta. Bersama teman-temannya ia sering berada di lembah Kasih begitu Soe menyebutnya disalah satu puisinya tentang Mandalawangi yang juga menjadi salah satu puisi Scoring film Gie karya Riri Riza. Tidak banyak yang harus saya ceritakan tentang perjalanan Soe Hok Gie  karena teman-teman pasti sudah tahu lebih banyak tentangnya daripada saya.


Nisan Soe Hok Gie berada di dalam komplek museum Taman Prasasti yang ada di jalan Tanah Abang I. Tidak sulit untuk menemukan tempat bersejarah di abad 16-20 itu. Saya menuju tempat itu menggunakan transportasi Busway dan turun di halte Museum Nasional, dari museum nasional saya berjalan kaki ke utara dengan jarak kurang dari 2 km. Memang sangat melelahkan tapi patut dicoba, karena daerah tersebut begitu rindang. Ojek juga menjadi pilihan alternatif dari halte Museum Nasional untuk menuju Museum Taman Prasasti itu.


[caption id="attachment_165956" align="aligncenter" width="300" caption="Depan Museum Prasasti dengan meriam dikanan kiri sisinya"][/caption]


[caption id="attachment_165959" align="aligncenter" width="300" caption="Lihatlah lebih dalam, apa yang kita temuka. Sampah."][/caption]


Didepan kita sudah disambut oleh beberapa tiga buah prasasti yang abstrak menurut saya ini karena saya memang tidak memahami prasasti itu, dan dua buah meriam yang didalamnya berisi sampah yang berasal dari orang kurang kerjaan. Tiket masuk ke dalam Taman Prasasti cukup murah. Dengan harga Rp. 2000, kita bisa menyaksikan prasasti yang berasal dari abad 16. Kebanyakan saya perhatikan merupakan Prasasti yang di buat oleh Belanda. Memasuki Taman pilar-pilar berjejer dengan rapi, kita seperti langsung dibawa ke abad 16 saat itu.

[caption id="attachment_165960" align="aligncenter" width="300" caption="Pilar-pilar nisan prasasti"][/caption]


[caption id="attachment_165979" align="aligncenter" width="300" caption="Menelusuri abad 16"][/caption]

[caption id="attachment_165980" align="aligncenter" width="300" caption="Sorrow"][/caption]

[caption id="attachment_165981" align="aligncenter" width="300" caption="Ada yang tahu bahasa apa ini?"][/caption]

Inilah salah satu lintasan sejarah yang pernah terjadi di Indonesia ini. Namun sayang, tidak berbeda dengan beberapa tempat vital yang ada di negeri indah ini. Tempat sejarah inipun tak luput dari tangan jahil Vandalisme. Lihatlah betapa karya monumental yang sangat berharga itu menjadi tampak seperti patung jalanan yang sering ditemui di pinggiran jalan. Ah, sudahlah untuk hal itu saya tidak mau berkomentar apalagi tidak jauh dari tempat berdiri saat itu juga terdapat beberapa kelompok orang yang dengan sengaja membuang sampah dengan sembarangan.

[caption id="attachment_165964" align="aligncenter" width="219" caption="Karya agung versus vandalisme."][/caption]

[caption id="attachment_165966" align="aligncenter" width="300" caption="ada banyak vandalisme di karya sejarah ini."][/caption]

[caption id="attachment_165968" align="aligncenter" width="300" caption="Yang ini juga parah, sampah."][/caption]

[caption id="attachment_166008" align="aligncenter" width="300" caption="Yang ini bahkan lebih parah, sudah tahu ada prasastinya malah dibuat bangunan."][/caption]

Museum Taman prasasti bisa menjadi pilihan diwaktu luang untuk menikmati kicauan burung dan rindangnya tumbuhan yang berada disitu, saking rindangnya tidak salah kalo membawa lotion anti nyamuk, karena banyak sekali nyamuk disini. Ditempat ini juga terdapat dua peti jenasah sang proklamator kita, sayang saya tidak sempat melihatnya langsung.

[caption id="attachment_165972" align="aligncenter" width="221" caption="Monumen prasasti Nisan inilah tujuan saya"][/caption]

Memang dari awal tujuan saya adalah untuk mencari nisan prasasti Soe Hok Gie yang pernah di semayamkan disitu. Setelah hampir 30 menit mencari-cari akhirnya sayapun menemukannya.  Lihatlah ia begitu sendirian ditemani daun-daun kering yang jatuh. Saya jadi teringat betapa Soe Hok Gie pernah menulis hanya di terangi lampu kecil dan banyak nyamuk mengganggunya, namun ia tak pernah keberatan dengan keaadan itu. Ditempat itupun nyamuk begitu banyak karena memang Taman Prasasti ini banyak sekali tumbuh-tumbuhan. Dan tempat itu tidak terawat, mungkin jika masih ada yang menyampaikan pesanmu sepertinya kamu juga tidak perlu sebuah prasasti untuk mengenalmu dengan indah dan mewah. Tulisan di nisan itu cukup memberi pengertian siapa dirimu sebenarnya "Nobody knows the troubles i see, nobody knows my Sorrow."

[caption id="attachment_165970" align="aligncenter" width="300" caption="Nobody knows the troubles i see, nobody knows my Sorrow."][/caption]

Saya duduk sambil memandangi Prasasti nisan itu, beberapa batang rokok saya habiskan hanya untuk mencoba lebih mengenal anak-muda yang selalu memberi inspirasi ini. Aku sedikit membayangkan bagaimana anak muda sepertinya yang mampu berteriak lantang dengan segala tindakannya menentang ketidak adilan, meski seringnya ia sendiri yang merasakan ketidakadilan.

[caption id="attachment_165971" align="aligncenter" width="223" caption="banyak sinar terang untukmu."][/caption]

Soe Hok Gie hari ini saya datang ke tempatmu, besok saya akan mengunjungi salah satu sahabat baikmu yang masih menyimpan beberapa puisimu. Kemudian saya juga akan mengunjungi tempat di mana abu kremasi jasadmu ditaburkan, di Mandalawangi saya akan coba lebih mengenalmu di antara bunga-bunga Edelweis di Pangrango. Sudah sangat dekat kaki ini melangkah karena semagatmu. Seperti katamu "Dunia itu seluas langkah kaki.. Jelajahi dan jangan pernah takut melangkah, hanya dengan itu kita bisa mengerti kehidupan dan menyatu dengannya." ijinkan saya untuk lebih dekat denganmu. semangatmu, dan mimpimu dengan langkahku.

Salam
Gugun 7
Djakarta Pinggir Rel Cawang 13 Juni 2010
sebuah lagu dari Frau dengan Glow menemani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun