Mohon tunggu...
Enny Ratnawati A.
Enny Ratnawati A. Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk meninggalkan jejak kebaikan dan menghilangkan keresahan

Enny Ratnawati A. -- Writerpreneur, social worker, suka baca novel, nonton film, bersih2 rumah dan jalan pagi --- Tulisan lain juga ada di https://www.ennyratnawati.com/ --- Contact me : ennyra23@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

3 Alasan Tak Layak Curhat di Medsos

21 Februari 2023   22:33 Diperbarui: 27 Februari 2023   04:54 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
curhat di medsos ( foto : kompas entertainment)

Bolehkah curhat di medsos? Tentu tak ada yang melarang juga. Namun, ada baiknya perhatikan beberapa etika.

Lama nggak membuka medsos Facebook, di beranda saya rupanya ada curhatan seorang teman FB. Jujurly, ini bukan teman sekolah,kuliah atau teman kantor, seperti kebanyakan teman-teman di jaringan FB saya. Yang satu ini adalah teman satu komunitas hobi. Ya, kami memiliki hobi yang sama.

Yang cukup mengagetkan saya, isi statusnya tenryata curhatan soal masalah rumah tangganya. Mulai sang suami yang tak memberi nafkah, sering kabur dari rumah hingga tak mau peduli dengan urusan rumah tangga.

Sebenarnya bukan hanya sekali ini saja saya membaca curahan hati (curhat) nya. Sebelumnya, beberapa bulan lalu, ada juga curhatan soal sakit yang katanya tak ada satupun saudara yang peduli. Dia juga sekali lagi menyinggung suaminya yang katanya tak juga peduli istri yang sedang sakit.

Segala curhatannya tentu saja mendapat simpati dari teman-teman FB-nya. Baik yang like ataupun yang komen sekedar menyatakan kepedulian..rata-rata komennya saya perhatikan memberikan dukungan penuh. Sebagian lain menyuruh buat lebih banyak bersabar.Hmmm..


Namun ada juga yang kontra rupa-rupanya. Ketika dia posting soal suaminya, mungkin kerabat suaminya ada yang membaca dan akhirnya menegur. Tentu saja akhirnya terjadi "perang" komen yang dilanjutkan dengan status-status berikutnya. Waduh..

Curhatan di medsos bukan hanya via  Facebook. Berbagai medos acapkali juga jadi ajang curhatan yang ujung-ujungnya mencari simpati.

Ada teman lain yang lebih tampaknya menyukai curhat lewat status WA-nya (SW). Rupa-rupanya bukan hanya saya yang seringkali terbaca curhatannya tentang kehidupan yang mrnurutnya sangat berat dijalani. Beberapa teman lain rupanya juga menyimak status teman ini.

Setiap kali bertemu beberapa teman, SW-nya teman yang suka curhat ini seringkali jadi tema pembicaraan teman-teman lain. Jadi bahan ghibah pada akhirnya. Bahkan seorang teman berkomentar, kalau dikumpulkan curhatannya, bisa jadi sudah jadi sebuah novel. Luar biasa kan?

Etika Digital

Dataindonesia.id mencatat jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 191 juta orang pada Januari 2022. Jumlah itu naik 12,35% dibandingkan pada tahun sebelumnya. Laporan ini berdasarkan data Berdasarkan laporan "We Are Social",

Menurut laporan ini, WA menjadi media sosial yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia (88,7%).Posisi dibawahnya ditempati Instagram dan Facebook masing-masing sebesar 84,8% dan 81,3%. Proporsi pengguna TikTok dan Telegram berturut-turut sebesar 63,1% dan 62,8%.

Seseorang yang curhat di medsos biasanya memang memiliki beberapa alasan. Seperti kawan yang saya ceritakan diatas. Alasannya, medsos adalah "lapak"-nya sendiri. Sehingga dia merasa punya kebebasan untuk mengungkapkan apapun di medsosnya. Bahkan dia pernah menyatakan bahwa yang tidak suka dengan curhatannya silakan saja unfriend atau skip statusnya.

Alasan lainnya biasanya karena memang mereka tak punya teman di dunia nyata sehingga memang satu-satu tempat curhatnya adalah dunia maya, yang tak lain adalah media sosialnya. Selain merasa tak ada yang peduli tadi, curhat di medsos dianggap nyaman karena memang tak perlu tatap muka langsung.

Merekapun merasa akan cepat mendapatkan tanggapan tentang curhatannya dari teman-teman di media sosialnya.   

Kembali pad pertanyaan diatas, pantaskah medsos dijadikan ajang curhatan? Pendapat pribadi menulis, medsos sangat tidak cocok dijadikan tempat curhat. Bukan tidak boleh tapi ada etika digital yang harus dipahami oleh para penggunanya

Mengapa tak layak curhat di media sosial? Ada beberapa alasannya.

Berpotensi dibicarakan banyak orang

Curhat di medsos berpotensi dibicarakan banyak orang bahkan bisa jadi akan terjadi perundungan (bully) akibat perbuatan kita sendiri.

Image diri yang kurang baik

Selanjutnya mereka yang seirng curhat di medsos akan mendapatkan image yang kurang baik dariteman, saudara, tetangga dan pihak lain yang mengenal secara langsung. Bahkan saat ini HRD perusahaan yang akan merekrut karaywan, akan melihat lagi track record-nya di medsos. Wah kalau isinya curhatan yang buruk, apa jadinya kan. Bisa jadi kesempatan baik diterima bekerja, akan hilang begitu saja.

Menghambat dalam mencari solusi

Akibat terlalu sibuk curhat,bisa jadi masalah tak selesai-selesai. Lebih baik fokus saja pada penyelesaian masalah kan?

Akhirnya,buat yang niat curhat di medsos semoga mikir-mikir terlebih dahulu dampaknya.Khususnya bagi diri sendiri selain jangan lupakan etika sosial dan etika digital. 

Semoga bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun