Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tiga Kegiatan Memacu Adrenalin di Arjuna Bootcamp

29 November 2022   07:00 Diperbarui: 29 November 2022   12:51 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan mendatar sejajar dengan sungai kecil tersebut. Aku menikmati udara segar yang sulit didapat di perkotaan. Selanjutnya jalan terbagi dua lagi. Ke kiri adalah jalan yang menurun, ke kanan justru menanjak. Ternyata yang ke kanan menuju sebuah petilasan yang dipercaya memberikan sukses bagi artis dangdut. Ada yang mau mencoba? Boleh saja datang ke sini. 

Aku memilih trek ke bawah dengan kondisi jalan agak mencemaskan. Soalnya ada bekas longsor dan keretakan di beberapa tempat. Bahkan ada pula yang runtuh ke jurang di sebelah kiri. Aku pun berhati-hati sambil berdoa di dalam hati. 

Treking menurun (dok.ednadus)
Treking menurun (dok.ednadus)

Tak berapa lama jalan berubah menjadi lebih curam. Dua ranger muda yang membantu pak Unggul segera menyiapkan tali panjang, diikat ke batang pohon yang kuat. Tapi itu mencegah kita terperosok ke jurang, kalau kita tidak kuat menahan berat badan. 

Aku terus saja melanjutkan treking sendirian. Soalnya aku mudah merasa bosan karena yang lain berjalan lambat. Setelah itu aku menemukan tebing berbatu. Di sini baru aku duduk menunggu sambil memperhatikan keadaan sekitar.

Di bawah tebing batu (dok.elisakoraag)
Di bawah tebing batu (dok.elisakoraag)

Akhirnya dua teman, Elisa dan Hida datang menyusul. Kami sempat berfoto dengan latar belakang tebing batu tersebut. Mas Ony kemudian muncul dan kami berbarengan lagi menyusuri jalan. Di bawah terdengar suara mesin. Eh ternyata ada mobil ATV datang. Ada Pak Arjuna mengendarai mobil Komodo yang digunakan untuk rescue. 

Pak Arjuna bersama Pak Sutiono di sampingnya. Rupanya Pak Sutiono yang memang sudah lansia dan baru sembuh dari sakit, tidak ikut treking tapi menyusul ikut naik Komodo. Sedangkan dua ATV dikendarai oleh ranger lainnya. 

Naik Komodo (dok.koteka/Ony Jamhari)
Naik Komodo (dok.koteka/Ony Jamhari)

Mobil Komodo ini bukan mobil sembarangan, melainkan produk PT Pindad yang diekspor ke berbagai negara. Harganya sekitar Rp.700.000. 000,-. Keren banget kan, makanya aku ingin juga naik mobil rescue ini. 

Tapi naik ATV juga tak kalah menarik. ATV lebih ringan dibawa dan mudah mengendarainya. Kalau lelah treking, gunakan saja ATV untuk menjelajah area bootcamp atau mengitari desa. Kami berfoto-foto dulu dengan kendaraan-kendaraan tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun