Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Umbar Kemarahan di Media Sosial

10 Juni 2021   16:57 Diperbarui: 10 Juni 2021   17:11 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (dok.kominfo)

Akhirnya saya berusaha merawat sendiri, menyuapi Cheesy makan dan minum. Saya cekoki dengan kuning telur dan susu beruang. Ternyata semua tidak membuat perubahan. Anabul saya semakin parah sakitnya.

Dia terlalu lemas untuk bergerak, dan mencret terus menerus. Semua makanan ditolak dan dimuntahkan kembali. Saya hanya bisa menggendong dan memeluknya.

Saya mencari informasi mengenai virus kucing di google. Sedih membaca jenis virus kucing yang mematikan. Terutama untuk kucing yang belum divaksin, ciri-cirinya sama dengan yang terjadi pada Cheesy.

Cheesy tidak tertolong, dia mati ketika masih dalam pangkuan saya. Hati saya teriris melihat sakaratul maut yang dialaminya. Ia tampak kesakitan, menggelepar dan menggigit. Kemudian saya menguburkan jasad Cheesy dengan dikafani kain batik.

Saya marah dan sedih karena kehilangan anabul kesayangan. Air mata bercucuran, mengingat kelucuan dia. Ya, bagi pecinta kucing, dia seperti anak sendiri.

Perasaan marah meluap-luap sehingga tanpa berpikir panjang, saya menulis status mengenai pet shop tersebut di grup komunitas pecinta kucing. Banyak respon, hingga ratusan orang. Rerata mengatakan bahwa pet shop tidak bisa dipercaya. 

Saya tidak menyangka status itu sampai ke pemilik pet shop. Dia lantas meneror saya dengan UU ITE tentang pencemaran nama baik. Aduh, kesalahan saya menyebut nama pet shop dengan jelas.

Walaupun saya sedang sedih dan shock kehilangan anabul, pemilik pet shop itu terus mengancam saya, melalui WA, telepon, hingga mengejar saya di Instagram. Terpaksa saya hadapi.

Keponakan-keponakan saya menyarankan damai saja agar tidak membuang waktu dan uang. Kami melakukan pertemuan di sebuah tempat. Akhirnya disepakati untuk membuat klarifikasi agar nama baik mereka kembali.

Sungguh ini merupakan pelajaran berharga. Biasanya saya sangat hati-hati menulis status. Tetapi karena tak bisa menguasai emosi akhirnya saya tergelincir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun