Ia lalu menunjukkan tempat di mana aku bisa bersuci laku membimbing aku ke ruangan kecil yang disebutnya musholla. Aku takjub melihat ada sajadah yang sudah digelar di sana.
Aku salat dengan khusyuk, lalu berdoa untuk si bapak tua dan rumah ini. Aku sangat bersyukur bahwa aku dipertemukan dengan orang baik.
Sebagai musafir, aku punya hak untuk menjamak salat. Aku melakukannya, karena khawatir nanti justru terlalu lelah.
Namun setelah salat aku merasa sangat mengantuk dan tak tertahankan. Aku pun tertidur di atas sajadah.
Aku terbangun ketika ada tangan dingin menyentuh wajahku. Â Aku terbelalak melihat seorang lelaki yang jauh lebih muda dari bapak tua semalam. Ia juga memakai pakaian biasa, celana panjang dan kaos.
"Mengapa nona tidur di sini?"Â
" Semalam saya diajak bapak tua," aku pun menceritakan peristiwa semalam. Ia hanya mengangguk-angguk.
"Nona, ini sudah Subuh. Sebaiknya salat dulu. Nanti saya ceritakan yang sebenarnya," katanya.
Aku membersihkan diri di kamar mandi yang ditunjukkan lelaki itu. Lalu salat di tempat tadi. Usai salat, sudah terhidang teh dan beberapa potong kue.
Sambil minum teh, aku mendengar penjelasannya.Â
"Orang yang menolong nona adalah Santo Yohanes, pastor yang mendirikan rumah ini".