"Kita habisi saja dia," kata temannya.
Kedua lelaki itu  berpencar mengurung aku dari depan dan belakang. Jantung ini berdebar. Apakah aku sanggup melawan mereka?Â
Mereka maju bersamaan. Aku kelabakan. Ketika menghindar dari serangan depan, lelaki yang di belakang merangsek. Meski beberapa kali sempat melayangkan pukulan dan tendangan kepada mereka, aku kalah dalam jumlah dan kekuatan.
Kedua lelaki itu lebih kuat dari perkiraan. Aku terkena hantaman di kepala . Seketika aku merasa pusing, belum sempat sadar, yang satu lagi memukul punggung. Aku tersungkur.
Terdengar tawa mereka gembira. Samar aku melihat si berewok mengambil tas yang terlempar ke rerumputan. Ia memberi isyarat kepada temannya untuk segera meninggalkan tempat itu.
Temannya menyeringai,"Nanti dulu. Perempuan ini cantik juga. Aku ingin menikmatinya".
Tanpa menunggu jawaban, ia mendatangi aku yang masih tergolek. Si berewok malah bergabung, memegangi aku sementara temannya berusaha melucuti pakaian yang aku kenakan. Â Aku hampir menjerit.
Entah darimana datangnya, sebuah kayu menghantam kepala si berewok. Lalu dengan cepat melayang ke kepala lelaki yang satu lagi. Kedua lelaki itu terjerembab pingsan. Bahkan tubuh si berewok hampir menindih tubuhku.Â
Sebuah tangan terulur. Aku menyambut tangan itu dan berusaha bangkit. Â Setelah penglihatan mulai normal, tampak olehku seorang lelaki tua. Lelaki itu mengenakan jubah seperti yang dipakai para pastor. Kepalanya botak dengan janggut memutih.
"Terimakasih bapak. Entah bagaimana nasib saya tanpa pertolongan bapak," dalam hati aku heran, lelaki tua ini bisa mengalahkan dua lelaki kekar.
Ia tersenyum tenang. Pandangan matanya begitu teduh,"Bersyukurlah kepada Tuhan karena Dia Maha Pelindung'.