Mohon tunggu...
Muthiah Alhasany
Muthiah Alhasany Mohon Tunggu... Penulis - Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah. Moto: Langit adalah atapku, bumi adalah pijakanku. hidup adalah sajadah panjang hingga aku mati. Email: ratu_kalingga@yahoo.co.id IG dan Twitter: @muthiahalhasany fanpage: Muthiah Alhasany"s Journal

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Sukarelawan Politik Vs Pelacur Politik

12 Februari 2019   19:31 Diperbarui: 14 Februari 2019   09:32 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Tygpress.com

Bagi saya, sukarelawan politik bukanlah barang baru. Sejak dahulu, terutama sejak era reformasi, sukarelawan politik telah menjadi bagian dari kehidupan berpolitik di Indonesia.

Namun keberadaan sukarelawan politik baru mencuat dalam dekade terakhir ini. Kemungkinan besar adalah pengaruh dari penggunaan media sosial atau dunia maya.

Kalau dulu sukarelawan politik tidak banyak tampak di permukaan, bekerja dalam diam. Sebagian besar mereka justru tidak memihak Paslon tertentu, tetapi lebih menjaga keberlangsungan proses pemilu agar lebih adil.

Sedangkan sekarang, sukarelawan politik tak ubahnya para penggemar seorang bintang film atau penyanyi. Mereka memproklamirkan diri sebagai pendukung Paslon tertentu.

Ini sebenarnya tak lebih dari unjuk gigi. Kalau zaman Bung Karno, 'ini dadaku, mana dadamu?' zaman milenial berarti,'ini pendukungku, mana pendukungmu?'

Jadi, pengerahan sekian banyak sukarelawan politik untuk kampanye salah satu Paslon, tidak lain adalah 'show force' dari mereka. Kasarnya, yuk banyak banyakan pendukung. Berapa banyak sukarelawan yang mendukungmu?

Tetapi betul betul kah mereka yang mengklaim dirinya sukarelawan adalah orang orang yang benar-benar rela membela Paslon tersebut? Belum tentu. 

Ingat pepatah 'tidak ada makan siang yang gratis'. Semua ada bayarannya, ada perhitungannya. Dalam istilah politik, ada bargaining politik yang harus disepakati.

Massa pendukung dari Paslon, pada umumnya tidak menuntut sesuatu yang khusus. Mereka hanya ingin ada sesuatu yang berbeda dan harapan tentang sebuah perubahan.

Sedangkan para penggerak massa, orang yang mengumpulkan pendukung dan sukarelawan, tidak seperti itu. Mereka punya perhitungan politik, ada posisi bargaining di situ. 

Mereka sudah melakukan kesepakatan dengan timses Paslon, apa yang harus diberikan jika meraih kemenangan. Sejumlah daftar permintaan jabatan di sekian instansi telah menjadi alat bargaining.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun