Mohon tunggu...
Supriyatna
Supriyatna Mohon Tunggu... Penulis - Emosi diujung pena

Menjadi bijak bukan dengan cara mengkritik atau Menasehati Orang lain, Menjadi Bijak berani memberi Solusi bagi permasalahan Orang Lain. " Karena Nasehat bukanlah Solusi, Jadi jangan memberi Solusi dengan cara memberi Banyak Nasehat"

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Sinta Dewantarama | Karya Supriyatna | Kumpulan Puisi Emosi di Ujung Pena Bab 1

23 Juni 2021   13:02 Diperbarui: 23 Juni 2021   13:02 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun ia datang atas simbol 354 itu...
Sepercik api menyala dan membakar setumpukan jerami...,,
Dan tidakkah mungkin pinang yang terbelah dua,akan tampak garis
lurus yang sama....,,,

Lagi-lagi aku meletakan penaku,,,
Dan menanggalkan jubah serta sajadah...
Aku menghampiri sorban lusuh dan menatap Kitab suciku...
Meneteslah air mata ini...,,

Mengapa sang waktu begitu kejam...
Ataukah aku yang tiada melihat sekitarku...,
Mungkin memang telah berlalu,,,
Namun bukankah belum terlambat...

Sang Sinta dewantarama , Mengapa ?
Mengapa Engkau Membalutkan sejuta keraguan ?
Tatapanmu terdapat sejuta keterasingan...
Aku kau buat bagaikan papan catur tanpa badik...

Dan diamku dalam kesendirian...
Menahan bisikan dari sang Azazil tua...
Dan Mengemban penat serta bebanku..

Tiada mungkin lukisan dan keindahan

 batin akan kembali bermuara...
dikalaKebun-kebunku sudah kutanami,
Dan berbuahkan hasilnya...

Berdiri ku diatas awan...
Menggenggam air dengan jemari,,,
Tersesat di ujung Langit...
Biarkan bahtera indah ini selalu berada dalam tatanan hati yang terbalut keterasingan... .

Dan Nyatanya suara adzan membangunkan ku dari tidur panjang...
Dan menyadarkanku tentang rahasia langit yang tak'kan terungkap...
biarkan bunga mawar merah
ku genggam durinya...
Hingga sang waktu datang meminta darah keindahan hati pengelana rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun