Mohon tunggu...
Emilianus Elip
Emilianus Elip Mohon Tunggu... Human Resources - Direktur Yayasan Nawakamal Mitra Semesta (https://nawakamalfoundation.blogspot.com)

Berlatar pendidikan Antropologi. Menulis....supaya tidak gila!!! Web: https://nawakamalfoundation.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Upaya Mencegah Radikalisme-Terorisme Berbasis Agama

6 Februari 2019   22:03 Diperbarui: 6 Februari 2019   22:44 7430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Di seantero Indonesia akhir-akhir ini merebak berbagai acara dan kegiatan yang bernuansa "pemuliaan atas perbedaan", harmoni sosial dan pluralisme, menjaga keutuhan NKRI, memperkuat wilayah perbatasan dan daerah-daerah rawan konflik dari ancaman terorisme, dsb. 

Media sosial (medsos) dan media masa tidak henti-hentinya mempromosikan kegiatan-kegiatan semacam itu. Kita semua seakan dilanda pobia terpecah-belah, yang seakan-akan baru kemarin sore saja disadari bersama bahwa ancaman itu nyata di depan mata.

Radikalisme yang cenderung menjadi terorisme berbasis agama "menggedor" kesadaran kita bersama. Kita semua "berteriak!!", namun karena mediumnya agama kita juga tersedak "ambigu" dan sedikit saja mau dan mampu bergerak!

Sekilas Sejarah Radikalisme di Indonesia

Pada jaman awal-awal jaman kemerdekaan RI, negara dan masyarakat Indonesia pernah dilanda prahara pilihan antara demokrasi liberal dan komunisme-sosialis.  Pemerintah (resmi) NKRI telah memilih garis ketatanegaraan sebagai demokrasi liberal, yang tentu cenderung bergerak menuju negara dengan tatakelola ekonomi kapitalis. 

Ada sekelompok orang pergerakan yang memilih dan menganggap paham lain lebih ampuh membawa bangsa menuju sejahtera, yakni paham komunisme-sosialis, dan kelompok itu melakukan gerakan teroganisir secara horisontal maupun vertikal. Mereka ini tergoda memperluas pengaruhnya secara diam-diam namun akhirnya menjadi "radikal" melalui jalan kudeta.

Kelompok berpaham komunis itu membuat berbagai sayap organisasi dimana-mana, baik di bidang kepemudaan, gerakan kesenian rakyat, organisasi perempuan, organisasi tani dan buruh, membangun media masa, dll. Mereka bergerak secara "horisontal". Secara vertikal mereka mempengaruhi atau memasukkan paham komunisme ke struktur pemerintahan dan ABRI. 

Waktu itu sangat mungkin, disuatu instansi pemerintah, ada dua jenis pegawai pemerintah yaitu yang berpaham komunisme dan lainnya berpaham demokrasi liberal. Bisa saja mereka saling tidak tahu, saling menutupi, tetapi ada rivalitas di dalamnya...yang tinggal menunggu bom waktu untuk "pecah" secara konfrontatif.

Dan memang akhirnya sangat kentara gerakan itu menjadi "radikal" setelah merasa memiliki masa dan dukungan yang kuat, dan pecahlah konfrontasi sosial yang oleh banyak orang disebut "kudeta" politik. Untung kudeta dan radikalisme tersebut bisa diatasi dan dilemahkan, sehingga negara Indonesia terselamatkan dari konflik panjang yang bisa jadi semakin parah.

Lima tahun terakhir ini bangsa Indonesia dilanda faham keagamaan yang ditengarahi sebagai Islam radikal. Tentu kita semua tidak akan pernah menduga bahwa faham Islam radikal tersebut tidak akan sekacau dewasa ini yang telah bercampur dengam politik kekuasaan dan menimbulkan anarkis sosial dimana-mana. Paham Islam radikal itu nampaknya mengambil pola dan strategi yang mirip yang dilakukan oleh paham komunisme-sosialis pada awal-awal jaman kemerdekaan itu, yaitu gerakan horisontal dan gerakan vertikal.

Gerakan horisontal terlihat setidaknya bahwa kelompok Islam radikal sengaja membuat cabang organisasi sayap di sebagian besar wilayah Indonesia. Mereka juga membentuk cabang atau organisasi underbow lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun