Mohon tunggu...
Mahendra
Mahendra Mohon Tunggu... Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi. *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *Twitter: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Guru Biologi SMA di Merangin, Jambi, penyuka sejarah, dan ekonomi. "Sejarah mengadili hukum dan ekonomi, sebab sejarah adalah takdir, di satu sisi.' *blog: https://mahendros.wordpress.com/ *X: @mahenunja *FB: Mahendra Ibn Muhammad Adam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Masa Depan Kemerdekaan Buana

3 Januari 2025   18:42 Diperbarui: 3 Januari 2025   18:42 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumantara tak berhenti menyaksi kelakuan orang pongah menganga.

Bentala tak berhenti menangisi korban-korban sipil Palestina.

Wanita, anak, pria semua menderita, kelaparan, kehilangan merdeka.

Laut Tengah pun tidak berhenti mengucap kasihan rasa.

Si Rewel berkoa-koar "Kami ini korban, kami ditodong!"

Gunung-Ganang membukti bahwa kau  ompong.

Gedung gedang bersyahadat kau penyolong.

Biarlah! Gedung Putih dan koalisi menyokong.

Nyala nurani mengakar, menjalar  tetap menantang.

Banyak saksi Si Rewel amat amis.

Pejuang-pejuang kemerdekaan semakin wangi.

Ini soal kemanusiaan, bukan semata Islam.

Sampai Paus Fransiskus cap kau kejam.

Tanah Palestina berlumur darah belum kering.

Pejuang dituduh teroris, betapa licik para duta mereka di negara-negara.

Pembunuh dan penyiksa bebas leluasa.

Gedung Putih Presiden Amerika tak menghukumnya.

Memang tak layak memimpin etika buana.

Media pelan sadar bejatnya Israel Perdana Menterinya.

Sadari ambruknya politik, etika elit Amerika.

Sadari ambrolnya adab Amerika dan sekutu.

Abai pada Hak Asasi Manusia.

Begitulah kalau sembah sains-teknologi, jadi lupa manusia.

Pakai standar ganda, tuduh majelis PBB standar ganda.


Perwira Hamas hanya ribuan, jutaan rumah dihancurkan, mengapa?

"Israel pantas dicabut dari PBB!" seru Anis Matta.

Elit Israel pantas dihukum, pantas diembargo warga.

PM Israel sedang mencatat sejarahnya.

Diberi nobel penjajah temporer paling bengis durhaka.

Disemat pendusta, pemfitnah, dan sadis se-buana.

Berperikesetanan, mengusir para pemilik tanah, merampas tanah bukan haknya.

membebaskan sandera untuk selamatkan muka, demi kuasa.

Wahai muslim Indonesia, penduduk besar dunia.

Tidakkah kau sadar undang-undang kita?

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan hak segala bangsa.

Penjajahan layak dihapuskan.

Karena tidak berperikemanusiaan dan perikeadilan.

Kemerdekaan Palestina, amanat konstitusi negara.

Ia hak asasi manusia, ini pun kewajban agama.

Israel Amerika imperialisme sama.

Majelis PBB sudah pro-Palestina.

Paus Fransiskus  sudah juga.

International Criminal Court sudah juga.

Para anggota parlemen negara-negara sudah menyata.

Rakyat negara-negara sudah mendo'a, mengirim bala harta.

Inilah realita Israel belum tamat juga walau digebuk nasihat se-bentala.

"Boikot produk Israel Amerika!" seru saudara-saudara.

Di sana bagaimana nasib Ukraina?

Yang lainnya?

Bangsa-bangsa yang terjajah dengan utang, pikir, dan budaya?


Masa bersabda, "kekuasaan akan dipergilirkan!"

"Pejuang, mati atau merdeka, terus melawan!"

Catatan: Puisi ini diupload pada 1 Januari 2025 pukul 15.35 WIB. Sekitar 10 menit kemudian puisi ini diturunkan oleh admin Kompasiana pada tanggal 1 januari 2025, namun link banding 2x24 jam belum ada kabar bisa diakses atau tidak, sudah lewat 2 x 24 jam. Ada hikmahnya, saya berkesempatan mengupdate puisi ini dengan menambah dua baris.


Referensi tambahan:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun