“Disebelah sana yang kereta putih itu ada kereta jenazah yang sudah dipakai 2 kali ketika meninggalnya Sultan Hamengkubuwono VIII dan Sultan Hamengkubuwono IX,” Kata pak sindu yang mengarahkan tangannya menunjuk Kareta Roto Praloyo.
Ia melanjutkan menceritakan sejarah-sejarah kereta yang lain “Kareta Kyai Jetayu kereta peninggalan Sultan Hamengkubuwono VIII, Kareta Kyai Wimono Putro dipergunakan saat upacara pengangkatan mahkota, Kareta peninggalan Sultan Hamengkubuwono VI Kareta Kyai Harsunaba, Kareta yang digunakan untuk jalan-jalan para sultan dan permaisuri Kareta Kyai Manik Retno, ada kereta tertua yang digunakan oleh Sultan Hamengkubuwono I yaitu Kareta Kanjeng Nyai Jimad, Kareta yang digunakan perang saat melawan Belanda Kareta Mondro Juwolo, Kareta Garudo Yeksa yang dilapisi emas 18 karat dan ada Kareta sebagai sarana trasportasi yaitu Kareta Landower yang pernah menjadi pajangan di Hotel Ambarukmo, Kareta Landower Wisman dan Kareta Landower Surabaya dan Kareta Kyai Noto Puro”.
Selain ada berbagai macam Kareta Kuda didalam Museum tersebut Terdapat patung kuda yang bisa dilihat saat mulai memasuki area Museum Kareta Karaton, Pelana Sultan dan aksesori pakaian para pengendali kuda dan ada beberapa foto-foto yang terpajang disekeliling Museum tersebut. Gedung yang tinggi dan luas membuat suasana pada siang hari itu semakin sejuk membuat kami enggan keluar dari wilayah Museum Kareta Karaton namun jam sudah menunjuk jam 13.47 WIB yang berarti Museum tersebut akan tutup.