Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru

Menulis adalah hobi yang tak bisa dipungkiri. Semoga apa yang tertulis bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Sedih Seorang Anak yang Bekerja Sebagai Tukang Parkir

25 Agustus 2025   09:48 Diperbarui: 25 Agustus 2025   12:03 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi malam lagi asyik menikmati Miso di warung kecilku, tiba-tiba ada seorang anak yang bekerja sebagai tukang parkir datang menghampiriku. Aku juga heran, karena dia itu bukan membeli miso melainkan menbeli nasi goreng yang ada di samping kedaiku, tapi dia malah duduk di kedai misoku. 

Bak air mengalir, dia menceritakan kisah hidupnya kepadaku. Tanpa ragu dia memulai pembicaraan. "Bu, saya orang baru di sini, saya ke sini dibawa sama paman saya, dia juga bekerja sebagai tukang parkir di depan kedai sana, aku baru makan lho Bu, satu hari ini aku baru makan sekali ini. Perutku rasanya sangat lapar sekali,' katanya kepadaku. 

Mendengar hal ini aku yang tadinya tidak bicara apa-apa hanya jadi pendengar setia langsung mengangkat kepala dan melihat kepadanya. Hatiku mulai bergetar dan air mataku terpaksa aku tahan agar tak jatuh. 

"Nak, emang kamu dari mana, orang tuamu di mana, terus kenapa kamu tidak sekolah, dan kenapa juga kamu baru makan."

Pertanyaan yang bertubi-tubi langsung keluar dari mulutku yang tak bisa lagi aku tahan seolah aku seorang detektif yang ingin tahu segalanya. Karena anak itu badannya kecil, masih sebaya anak SMP. 

"Kedua orang tuaku telah berpisah Bu, aku hanya tamat SMP dan tak bisa lagi melanjutkan sekolah, karena ayahku tak sanggup menyekolahkan kami berdua dengan adikku. Semenjak ibu dan ayahku berpisah, aku dan adikku ikut ayahku. Ayahku kerjanya hanya serabutan bu, kadang dapat uang kadang tidak. Sedangkan ibuku tak tahu lagi rimbanya, entah saat ini dia ada di mana." 

"Aku jadi tukang parkir di sana ikut pamanku namun aku tidak tinggal bersamanya. Aku segan Bu, karena dia juga belum punya rumah sendiri. Aku pagi-pagi sudah bangun dan sudah berangkat ke depan sini untuk jadi tukang parkir. Aku takut dia terganggu samaku." Katanya panjang lebar kepadaku. 

"Terus, sekarang kamua tinggal di mana, kenapa kamu tidak makan dari pagi. Kenapa perutmu kamu tahankan, apa kamu tidak dapat uang buat beli makan?."

"Ada Bu, uangnya tapi tidak seberapa, sementara aku harus setor lima puluh ribu setiap hari kepada pamanku, kata pamanku uang itu juga bukan buat dia tapi buat setoran juga sama bos parkir kami yang mengurus semua parkiran di sini." 

"Terus kalau kamu tidak tinggal di rumah pamanmu, lalu kamu tinggal di mana?."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun