Mohon tunggu...
Elita Azalia
Elita Azalia Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar PKTJ Tegal

Seseorang yang mempunyai hobi mendengarkan musik dan sedang belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kebersamaan Mengubah Segalanya

18 November 2022   22:40 Diperbarui: 18 November 2022   23:09 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 “Wah, Alhamdulillah Fei. Makasih atas kabar baiknya.. Bener-bener kabar yang buat aku jadi bahagia.. Yaudah aku lanjut ganti dulu ya,” Nadira berkata sambil melangkah menuju ke salah satu ruang ganti yang kebetulan juga berada di area kamar mandi sekolah mereka.

 “Okee, aku tunggu disini yaa”, ujar Feirin sambil menatap punggung Nadira berlalu. Dia benar-benar merasa bersalah, seharusnya hal bodoh seperti ini tidak boleh terjadi. Namun apa boleh buat semua nya sudah terlambat dan rasa sesal pun sudah tidak ada artinya. Beruntungnya hari ini tidak ada mata pelajaran olahraga sehingga ia tidak menambah beban pikiran temannya itu.

Lega, itulah yang Nadira sekarang rasakan. Setidaknya, beban yang ada di pundaknya berkurang. Riuh di kepalanya menjadi tenang. Pikiran-pikiran yang tadinya diliputi rasa cemas akhirnya menghilang. Dengan segera ia mengganti bajunya menjadi putih abu. Senyum nya mekar pertanda perasaannya telah kembali membaik.

“Mengapa kau menatapku seperti itu Fei ? Jangan membuatku merasa takut.. Kau-kau tidak apa-apa kan ?” Nadira benar-benar tidak mengerti apa yang sedang Fei pikirkan sekarang. Perlahan ia mendekati Fei untuk memastikan bahwa Fei masih dalam keadaan sadar.

“Enggak apa-apa Nad, seharusnya pertanyaan itu yang harus kukatakan kepadamu tadi. Apakah kamu baik-baik saja ? apakah kamu punya tempat buat nyeritain segala keluh kesah yang kamu punya ? apa kamu selalu ngerasain yang namanya kesendirian ? jawab aku Nad,” tutur Fei menatap Nadira dengan pandangan nanar.

Nadira terdiam, seketika lidahnya kelu. Perasaan yang tadinya sudah membaik kini kembali memburuk lagi. Ya Nadira menyadari kalau dia benar-benar tertutup dan kesepian. Bukan karena ia tak mau berbaur, tetapi dia seperti mempunyai pikiran bahwa yang dapat ia percayai dan tidak akan meninggalkan dirinya di titik terendahnya adalah dirinya sendiri.

“Sebenernya aku tau Nad apa yang ada dipikiranmu sekarang, kamu sendirian kan ? nggak ada orang yang kamu percaya buat dengerin cerita-cerita kamu kan? Dan kamu lagi dalam keadaan terpuruk sekarang. Jangan kayak gini Nad, kalo kamu selalu mengurung dirimu dari orang lain dan nggak mau nyeritain masalahmu kamu malah akan membuat beban yang ada didalam dirimu menjadi lebih banyak.

Aku yakin kalo kamu terus-terusan kayak gini itu bakal gak baik buat kesehatan mentalmu,” kata Fei yang mencoba untuk memberikan pengertian kepadaku serta memberi saran agar aku bisa bersifat lebih terbuka kedepannya.

“Iya Fei, aku memang enggak bisa berbaur sama temen-temen, khususnya temen sekelas. Aku nggak tau aku yang kaku atau karena aku terlalu mengurung diriku karena aku selalu takut buat kehilangan seseorang. Baik itu dari memori yang mereka buat, juga tentunya hal-hal yang selalu punya hubungan erat dengan diri mereka sendiri. 

Toh pada akhirnya yang ada disaat aku berada di titik terendahku ya cuma diriku,” Nadira mengatakan hal tersebut dengan mimik wajah murung.

“Persepsi tentang bagaimana kehilangan seseorang memang terasa sangat menyedihkan, tetapi Nad hukum semesta memang seperti itu. Semua orang yang berada disisimu sekarang memang tercipta untuk memberi pelajaran tersendiri. Ada suka dan ada duka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun