Mohon tunggu...
Elfryanty Novita
Elfryanty Novita Mohon Tunggu... Pegawai BPS Kota Sorong

Suka dengan segala hal berbau analisis data, volunteering, Trainings, Projects, Reading Economics News. Di waktu luang suka mengecek kondisi ekonomi dan pasar saham. Penggemar K-Drama dan slogan hidup adalah" Be good for yoursef before you treat others nicely"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Liebesleid

17 Juli 2025   14:00 Diperbarui: 17 Juli 2025   11:30 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Wajah Tedi bingung. "Tapi aku bukan mengkritik kamu. Tak mungkin aku bermaksud menyakitimu. Cuma mau mem .."

             Kara menjulurkan tongkat biolanya. "Nggak perlu." Balasnya sinis. Lalu berlalu meninggalkan Tedi yang mendesah putus asa.

            "Kara, Kara. Andai kamu tahu tujuanku yang sebenarnya. Apa artinya kamu bagiku." Desis Tedi sedih bercampur kecewa.

                                                                                                                                        * * * * *

            Untuk kesekian kalinya, Madam Carrie memperingatkan Kara. Dia selalu mengulang kesalahan yang sama sehingga Beliau hampir kehilangan kesabaran. Percuma mengomel-omel karena Kara seolah tidak memahami sentuhan musik yang diinginkannya seutuhnya. Akhirnya Madam Carrie meminta Kara berlatih sendirian di ruang ganti sementara Beliau memimpin gladi kotor di panggung menjelang resital biola Kara lima hari lagi dengan orkestra pendukung.

            Di ruang latihan, Kara mencoba memainkan biolanya berulang-ulang. Tanpa memedulikan peluh yang bercucuran di keningnya. Setengah frustasi setengah kesal, akhirnya dia menyerah. Kara menghamburkan notasi musiknya. Dia meneteskan air mata. Sementara Nora, sahabat Kara dan Tedi mengawasi dari balik pintu.

            "Jangan masuk, Kak Ted." Cegah Nora, menahan lengan Tedi.

           "Loe lihat sendiri, kan. Si bodoh itu mengesalkan. Dia harus dikerasin."

            Nora tersenyum penuh arti. Tedi menatapnya penuh tanda tanya.

            "Justru dia paling nggak ingin dilihat kakak saat ini. Harga dirinya tinggi."

            "Memangnya kenapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun