Mohon tunggu...
Elfryanty Novita
Elfryanty Novita Mohon Tunggu... Pegawai BPS Kota Sorong

Suka dengan segala hal berbau analisis data, volunteering, Trainings, Projects, Reading Economics News. Di waktu luang suka mengecek kondisi ekonomi dan pasar saham. Penggemar K-Drama dan slogan hidup adalah" Be good for yoursef before you treat others nicely"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Liebesleid

17 Juli 2025   14:00 Diperbarui: 17 Juli 2025   11:30 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

         "Tante bilang kamu ada resital biola bulan depan, ya?" Cowok itu menghampirinya. Kara berbalik memunggunginya. Dia menggesek biola. Pura-pura cuek meski hatinya ketar-ketir. Terdengar nada fals. Dia salah memainkan nada.

          Cowok itu telah berdiri tepat di belakangnya. Aroma aftershave tercium.

          "Etude in E-Major. Khas Chopin. Kamu memainkan sol, seharusnya nada ..."

          "Mengapa dia selalu memanggil "kamu" padaku?Itu kan bukan panggilan lazim untuk orang yang asing satu sama lain. Panggilan itu hanya diperuntukkan pada orang dekat."Keluh Kara.

         "Ngapain loe di sini?" Potong Kara ketus.

          "Cuma mampir. Menjenguk Tante. Kangen banget dengan Beliau. Terakhir kali kami ketemu dua bulan lalu di Gala Premier. Tante bilang, kamu sibuk berlatih biola. Aku kangen kamu. Kamu nggak kangen aku juga?"

           Bibir Kara mencibir. Tedi sering melancarkan kata-kata bermakna ambigu. Entah itu sekedar iseng atau murni perasaannya. Kara belajar tak mempercayai setiap kata Tedi yang menjurus ke arah ungkapan sayang. Tedi tergelak menatap ekspresinya.

           "Gala Premier." Bisik hati Kara sakit hati. Saat itu dia kalah dan hanya meraih juara dua. Sedangkan cowok di dekatnya ini yang menang. Tedi Sebastian, putra sahabat Mama yang jenius biola dan piano. Sejak dulu Kara sering memenangi lomba biola dan orang-orang mengaguminya. Namun mendadak setahun yang lalu, datang Tedi merusak segalanya. Dia empat tahun di atas Kara. Cowok itu tidak perlu bersusah payah menyabet juara dan membuat Kara tampak seperti pecundang sejati.

            Tedi jago memainkan biola padahal dari luar dia terlihat santai dan urakan. Sama sekali tidak mencitrakan putra seorang konduktor terkenal dan pianis internasional. Berbeda dengan cowok-cowok pesaing Kara yang rapi dan sopan. Tedi lebih mirip berandal. Padahal kemampuan musiknya luar biasa dan mampu menghipnotis siapa pun.

            "Kara, jangan terlalu mementingkan teknik. Kamu memperlakukan musik Chopin seperti Sympony Beethoven. Chopin lebih menyelaraskan nada-nada sedangkan Beethoven ..."

             Kara menatapnya galak. Matanya melotot dan bibirnya cemberut. "Gue nggak perlu kritik loe. Kalau nggak ada urusan di sini, loe pergi aja."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun