Aku berdebar-debar menahan gelombang rasa gembira yang melandaku. Aku sudah berdandan lebih dari biasanya untuk memberinya kejutan. Aku juga telah membungkus kue cokelat itu dan menghiasinya dengan warna-warna cerah.
       Namun kejutan besar justru menantiku. Seketika harapan terhempas dan hatiku menangis hancur. Ternyata dia hanya ingin mengatakan bahwa Fandy- cowok yang selalu hadir diantara kami suka padaku sejak pertemuan pertama. Dialah cowok berambut gondrong yang memiliki sorot mata menyeramkan. Aku tak mengenali sosoknya karena dia sudah merombak total dirinya setelah pertemuan pertama itu. Aku merasakan pikiranku makin kosong saat Evan mengenalkan cewek cantik di sebelahnya sebagai pacarnya karena dia menganggapku teman baiknya.
        Seketika itu juga aku ingin cepat-cepat pergi dan menumpahkan air mata. Sampai-sampai tanpa sadar aku meremas-remas kue coklat itu dalam genggamanku. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. Aku benar-benar patah hati. Hatiku terasa hampa. Aku pun mengutuki kebodohanku. Kisah kami hanya sebatas sesama penunggu bus di halte.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI